Minggu, 30 November 2008

Pimpinan MUH Harus Pegang Amanah

Syafii Maarif


Salah satu kunci utama yang mendorong besarnya eksistensi persyarikatan Muhammadiyah hingga kurun waktu sekarang ini adalah, adanya keuletan, kerja keras, keikhlasan serta kemampuan para tokoh dan pimpinan Muhammadiyah dalam membangun dan memelihara trust atau kepercayaan dalam Muhammadiyah. Sehingga apa yang tidak mungkin digapai oleh Muhammadiyah tanpa kita sadari menjadi sebuah kenyataan. Sebab dengan modal kepercayaan yang dibangun oleh para pimpinan dan tokoh Muhammadiyah, pemerintah maupun masyarakat secara luas dengan begitu terbuka dan ringan tangan memberikan berbagai bantuan dalam berbagai aspek demi menunjang peran kemasyarakatan, keagamaan dan kebangsaan Muhammadiyah.
Tentu saja modal kepercayaan yang sudah dimiliki Muhammadiyah ini merupakan harga yang sangat mahal. Lalu bagaimanakah ini bisa terbentuk dalam Muhammadiyah, dan bagaimanakah kita bisa memelihara dan mempertahakannya, serta langkah apa yang bisa kita lakukan untuk menyosialisasikan nilai-nilai trust tersebut kepada generasi Muhammadiyah ke depan? Berikut petikan wawancara Deni al Asy’ari dari SM dengan Prof. Dr. H Ahmad Syafii Maarif, MA, Penasehat PP Muhammadiyah, Guru Besar Universitas Negeri Yogyakarta, dan Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah periode 2000-2005.

Kebesaran Muhammadiyah sangat terkait dengan keuletan, kerja keras, keikhlasan dan kemampuan para tokoh dan pimpinan Muhammadiyah dalam membangun kepercayaan kepada masyarakat secara luas. Menurut Buya bagaimana kepercayaan ini bisa dibangun?
Menurut saya masalah keuletan, kerja keras, keikhlasan dan membangun kepercayaan yang Anda sebutkan tadi itu sudah menjadi tradisi dalam Muhammadiyah dalam waktu yang sudah cukup lama. Hanya saja sekarang ini perlu adanya peningkatan peran dan kualitasnya. Terutama sekali bagi Pimpinan Muhammadiyah. Mereka ini harus betul-betul pandai memegang amanah dari siapa saja datangnya amanah itu, baik itu dari kalangan Muslim maupun dari kalangan non Muslim. Karena Muhammadiyah itu belum sepenuhnya bisa berdiri sendiri, sebab dalam perkembangannya masih memerlukan bantuan dari berbagai pihak yang kita anggap layak dan termasuk kepada pemerintah sendiri.
Bantuan dari pemerintah ini saya anggap sudah semestinya, sebab Muhammadiyah itu dari segi amal usahanya sangat banyak menolong pemerintah, karena pemerintah sendiri tidak mampu untuk menjalankan UUD 1945 dengan sendirian. Dalam aspek pendidikan dan kesehatan misalnya, pemerintah masih dibantu oleh Muhammadiyah. Oleh karena itu, semestinya Muhammadiyah itu harus menjadi partner bagi pemerintah dalam menjalankan UUD 1945. Maka, saya pernah katakan bahwa Muhammadiyah tidak perlu hina minta bantuan dengan pemerintah, karena kita juga ikut membantu peran pemerintah dalam negara ini. Jadi, di sini ada hubungan yang bersifat saling tergantung antara pemerintah dengan Muhammadiyah.
Hanya saja Muhammadiyah tentu perlu peningkatan kapasitasnya, bagaimana ke depannya Muhammadiyah bisa menciptakan sistem alternatif dalam bangsa ini, baik melalui pendidikannya maupun kesehatannya. Sebab selama ini kita akui, bahwa Muhammadiyah belum mampu menciptakan sistem alternatif dari pendidikan, kesehatan dan bangsa secara luas. Oleh karenanya, sering saya katakan, bahwa Muhammadiyah dalam sisi itu baru sebatas disebut sebagai gerakan pembantu pemerintah. Walaupun dibandingkan dengan yang lain kita sudah cukup maju, namun dengan itu saja belum cukup. Sebab kalau pemerintah gagal, seharusnya Muhammadiyah tidak gagal, nyatanya kalau pemerintah gagal, maka bangsa ini menjadi gagal, kenapa? Karena Muhammadiyah belum bisa menciptakan sistem alternatif tadi. Itu yang harus dipikirkan oleh Muhammadiyah ke depan. Jadi, harus ada pusat-pusat keunggulan dalam Muhammadiyah yang belum tentu ada bagi pihak lain maupun oleh pemerintah sendiri, sehingga dengan sendirinya tingkat kepercayaaan masyarakat akan bisa tumbuh lebih besar terhadap Muhammadiyah.

Apa yang harus dilakukan oleh pimpinan Muhammadiyah, baik pusat hingga cabang untuk mempraktikkan serta memelihara konsep kepercayaan ini pada Muhammadiyah ?

Untuk mempraktikkan dan memelihara sikap trust ini pimpinan Muhammadiyah harus kembali kepada pokok dasar dari ajaran agama Islam. Islam mengajarkan setiap Muslim untuk memiliki sikap yang bisa dipercaya ketika memegang amanah. Misalnya, dalam mengelola keuangan harus terbuka, transparan dan jelas serta tidak ada agenda tersembunyi di balik itu. Keterbukaan ini penting kita bangun dalam mewujudkan sikap trust tadi, sebab Al-Qur’an sendiri merupakan kitab suci yang terbuka, sedangkan Islam juga dikenal sebagai agama yang juga terbuka. Maka, dalam pengelolaan amal usaha Muhammadiyah yang merupakan amanah dari masyarakat juga harus dilakukan secara terbuka. Misalnya, jika pimpinan Muhammadiyah mendapat bonus dari pelanggan atau bonus yang datang dari hasil usaha dan sebagainya, itu harus terbuka dan kita musyawarahkan secara bersama. Jadi, jangan kita main sendiri dan bersifat tertutup dalam menjalankan amanah dalam Muhammadiyah. Karena sifat ketertutupan inilah biasanya yang akan banyak menimbulkan fitnah, prasangka yang pada akhirnya dapat merusak citra Muhammadiyah.

Kemudian apa bentuk tantangan maupun godaan yang bisa merusak trust dalam Muhammadiyah?
Saya rasa keterbatasan ekonomi bagi pimpinan Muhammadiyah merupakan faktor yang bisa menjadi gangguan dalam memelihara trust dalam Muhammadiyah. Sebab keterbatasan itu kadang-kadang bisa membuat orang lupa, khilaf dan lalai dalam menjaga amanah itu. Jadi menurut saya bagi orang yang dipercaya untuk memegang amanah dalam Muhammadiyah, setidaknya dia sudah bisa untuk survive dalam kehidupan sehari-hari bersama keluarga mereka walaupun mereka tidak harus kaya, tapi jangan terlalu miskin. Karena kalau kita lihat filosofi zakat dalam Islam itu mendorong umat Islam untuk kaya, sebab dalam ayat Al-Qur’an tidak kita temui satu pun ayat yang memerintahkan untuk menerima zakat, melainkan yang ada adalah perintah untuk mengeluarkan atau membayar zakat. Ini artinya, bahwa kita umat Islam harus kaya, karena dengan kaya kita bisa membantu orang lain.
Makanya, waktu tempo dulu yang memegang kendali dalam Muhammadiyah itu kebanyakan adalah mereka yang berprofesi sebagai pedagang. Kenapa? Karena pedagang itu adalah orang-orang yang merdeka, terbuka dan tidak tergantung dengan belas kasihan orang lain. Tapi, sekarang ini kalau kita cermati memang sedikit berubah, relatif banyak pegawai negeri yang memegang kendali Muhammadiyah. Tapi, yang itu sudahlah, sebab sekarang ini yang terpenting bagi kita adalah bisa memberikan nilai lebih bagi Muhammadiyah ke depan.


Iklim politik kebangsaan kita ke depan semakin menguat, menurut Buya apakah ini akan menjadi tantangan bagi warga Muhammadiyah dalam menjaga dan memelihara trust dalam Muhammadiyah?

Menurut saya memang betul, sebab politik itu memiliki godaan dan tantangan yang sangat menggiurkan bagi banyak orang. Waktu halal bil halal Pimpinan Pusat Muhammadiyah tanggal 1 Oktober 2008 kemarin saya ingatkan juga kepada pimpinan Muhammadiyah bahwa pemilu 2009 besok jangan ada lagi terjadi persoalan-persoalan seperti pemilu 2004 yang lalu, di mana pimpinan-pimpinan Muhammadiyah karena sebagian mereka yang terlibat dalam kampanye politik, sehingga terjadi perang ayat sesama warga Muhammadiyah yang berbeda haluan. Kalau itu masih terjadi lagi, maka saya katakan, perilaku yang demikian akan sama saja dengan melakukan pengkhianatan terhadap Islam dan terhadap Muhammadiyah.
Jadi, kita harus betul-betul menjaga rumah tangga Muhammadiyah ini dengan baik. Karena rumah tangga kita yang asli itu adalah Muhammadiyah, maka ini harus kita jaga, dan partai politik serta yang lain-lain itu hanya sebagai perluasan lahan kegiatan Muhammadiyah saja. Oleh karena itu, rapat-rapat Muhammadiyah jangan bicara “politik”, bicaralah apa yang menjadi pusat perhatian Muhammadiyah, karena trade mark Muhammadiyah itu sudah sangat jelas, yaitu ke-Islaman, kebangsaan dan ke-manusiaan.
Di samping itu kita juga perlu meningkatkan wawasan dan kemampuan intelektualitas kita. Sebab saya lihat orang Muhammadiyah baik dari pusat hingga daerah sangat kurang yang memiliki kemampuan intelektual yang memadai, jikalaupun ada, hanya terdapat beberapa saja, dan menurut saya itu masih kurang.

Apakah dengan melihat kondisi Muhammadiyah saat sekarang, Buya optimis akan terpeliharanya sikap trust tadi?
Ya itu jelas, saya masih optimis dan percaya. Hanya saja harus kita akui dalam menjaga amanah ini, harus kita tingkatkan out put-nya kepada publik. Sementara sekarang ini, kalau kita lihat lembaga pendidikan kita masih kalah dengan kelompok-kelompok swasta. Faktanya kelompok-kelompok swasta dalam pendidikannya jauh lebih maju dibanding Muhammadiyah, seperti pendidikan yang digagas oleh Ciputra, menurut saya itu sangat luar biasa. Kemudian kita juga perlu lebih jauh mengembangkan wawasan orang Muhammadiyah. Sebab kita sangat menyadari bahwa dalam konteks wawasan, orang-orang Muhammadiyah itu masih lemah terutama dalam menghadapi berbagai tantangan global sekarang ini. Jadi, ini yang perlu kita tingkatkan dalam upaya membangun trust publik terhadap Muhammadiyah.

Apa upaya dan langkah yang dapat dilakukan untuk menyosialisasikan nilai-nilai trust atau kepercayaan kepada generasi muda Muhammadiyah ke depan ?
Menyosialisasikan nilai-nilai trust itu harus kita berikan dengan contoh, dialog yang terus-menerus antara kelompok orang tua dengan anak-anak muda, kemudian juga perlu diikuti dengan sikap tauladan. Karena sikap tauladan ini menurut saya sangat mahal sekali harganya. Sebab kalau kita memberikan contoh atau tauladan kepada generasi muda itu, maka ia akan bertahan lama, sebab mereka melihat dengan mata kepalanya secara langsung dan secara ‘ainul yakin. Maka, sikap teladan dan contoh harus diutamakan dalam mentransformasikan nilai-nilai trust itu.

Apa yang perlu dibenahi dalam menguatkan dan mentradisikan nilai-nilai trust tersebut dalam Muhammadiyah ?
Saya rasa kita perbaharui niat, untuk apa kita ber-Muhammadiyah. Kita harus betul-betul ber-Muhammadiyah dengan niat ibadah. Tapi, jangan pula niat ibadah ini menjadi klise saja, karena ibadah itu muncul dari hati. Dalam beberapa kesempatan pernah saya ingatkan, bahwa bekerja dalam Muhammadiyah itu memang sangat melelahkan, tapi kalau niat itu tulus dan ikhlas maka ia akan membahagiakan.l Den

Tidak ada komentar: