Kamis, 11 Oktober 2007

Tuntutlah Ilmu Sampai ke Negeri Cina?


Hadits dha’if (lemah), apalagi palsu, tidak boleh dijadikan dalil, dan hujjah dalam menetapkan suatu aqidah, dan hukum syar’i di dalam Islam. Demikian pula, tidak boleh diyakini hadits tersebut sebagai sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.

Di antara hadits-hadits dha’if yang masyhur tersebut ada yang digunakan oleh para khatib dan dai untuk mendorong orang menuntut ilmu dimana pun tempatnya. Sekali pun jauhnya sampai ke Negeri Tirai Bambu, Cina. Namun sayangnya para khatib, dan da’i kita kurang kepeduliannya dalam mengetahui derajat hadits ini. Akhirnya, mereka pun berdusta atas nama Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.

Hadits ini diriwayatkan oleh Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda,

اطْلُبُوْا الْعِلْمَ وَلَوْ بِالصِّيْنِ

“Tuntutlah ilmu, walaupun di negeri Cina”.

Hadits ini diriwayatkan oleh:
- Ibnu Addi dalam Al-Kamil (207/2)
- Abu Nu’aim dalam Akhbar Ashbahan (2/106)
- Al-Khathib dalam Tarikh Baghdad (9/364)
- Al-Baihaqi dalam Al-Madkhal (241/324)
- Ibnu Abdil Barr dalam Al-Jami’ (1/7-8)
- dan lainnya
Semuanya dari jalur Al-Hasan bin ‘Athiyah, ia berkata, Abu ‘Atikah Tharif bin Sulaiman telah menceritakan kami dari Anas secara marfu’ (sampai kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam).

Ini adalah hadits yang dha’if jiddan (lemah sekali), bahkan sebagian ahli hadits menghukuminya sebagai hadits batil, tidak ada asalnya. Ibnul Jauzi rahimahullah berkata dalam Al-Maudhu’at (1/215) berkata, ‘’Ibnu Hibban berkata: ‘Hadits ini batil, tidak ada asalnya’’.

Oleh karena ini, Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullah menilai hadits ini sebagai hadits batil dan lemah dalam Adh-Dhaifah (416).

As-Suyuthiy dalam Al-La’ali’ Al-Mashnu’ah (1/193) menyebutkan dua jalur lain bagi hadits ini, barangkali bisa menguatkan hadits di atas. Ternyata, kedua jalur tersebut sama nasibnya dengan hadits di atas, bahkan lebih parah. Jalur yang pertama, terdapat seorang rawi pendusta, yaitu Ya’qub bin Ishaq Al-Asqalaniy. Jalur yang kedua, terdapat rawi yang suka memalsukan hadits, yaitu Al-Juwaibariy. Ringkasnya, hadits ini batil dan tidak boleh diamalkan. Apalagi dijadikan hujjah, dan diyakini sebagai sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.(*)

Sumber:

http://darussalaf.or.id/index.php?name=News&file=article&sid=582

Tidak ada komentar: