Senin, 16 Juli 2007

MPM Panen Kentang di Pengalengan

Mohammad Sobar

ImageYogyakarta- Majelis Pemberdayaan Masyarakat (MPM) Muhammadiyah, mengadakan panen kentang di Pengalengan Jawa Barat pada sabtu lalu. Panen tersebut dilakukan bersama-sama dengan petani yang selam ini dibina oleh MPM Muhammadiyah Jawa Barat, demikian yang disampaikan MPM Muhammadiyah Pusat dalam release yang diterima Muhammadiyah.or.id, selasa (14/02/2007).

Bertempat di Jalan Raya Situcileunca, Pangalengan, Jabar, acara memanen kentang tersebut dipimpin langsung oleh ketua umum Muhammadiyah Pusat, Din Syamsuddin yang saat itu mengenakan caping. Acara memanen kentang ini adalah rangkaian dari acara peresmian Pusat Pendidikan dan Pelatihan (PUSDIKLAT) Petani MPM PWM Jabar. Acara yang sudah dilaksanakan untuk yang ke 11 kalinya ini, menurut anggota MPM Pusat, Iqbal Tuasikal adalah untuk memberi pelatihan dan pembelajaran pada petani di Jawa Barat, “Yang jelas hal ini untuk pelatihan dan pembelajaran petani yang ada di Jawa Barat,” ungkapnya, yang dihubungi muhammadiyah.or.id melalui sambungan telepon, rabu (14/02/2007).
Lebih Lanjut Iqbal menjelaskan, pelatihan yang diadakan adalah untuk pembudidayaan dan pengolahan hasil-hasil panen, yang selama ini para petani masih kurang mendapat pengetahuan. Untuk pengelolaan hasil panen, Iqbal mencontohkan pada panen kentang kemarin, akan diolah menjadi tepung kentang yang nilai ekonomisnya akan lebih besar. Khusus pada pengelolaan kentang menjadi tepung kentang ini, MPM akan mengadakan kerjasama dengan Universitas Pasundan, “Pada pelatihan untuk pengelolaan hasil-hasil panen, khususnya pengelolaan kentang menjadi tepung kentang, kita bekerjasama dengan Unpas (Universitas Pasundan),” jelasnya. (mac)
Muhammadiyah Mulai Garap Sektor Pertanian

Cetak
YOGYAKARTA - Tak puas hanya menggarap sektor pendidikan dan kesehatan, Muhammadiyah saat ini mulai menggarap sektor pertanian. Setidaknya sudah ada 16 kota di 4 Provinsi yang para petaninya telah diberdayakan, yaitu Banten, Jawa Barat, DIY, serta Jawa Timur.

“Dengan pendampingan yang dilakukan, pendapatan petani semakin meningkat,�? ujar Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin di kantor PP Muhammadiyah, Jalan Cik Di Tiro, Yogyakarta, Senin (5/3/2007).

Dijelaskan dia, peningkatan pendapatan petani bisa terlihat antara lain pada lahan tanaman ubi di Banjarnegara seluas ¼ hektar. Sebelum dilakukan pendampingan, pendapatan bersih petani sebesar Rp676.000,00/per bulan.

Namun, setelah pendampingan oleh tim MPM Muhammadiyah, mengenai pola tanam yang bagus hingga masalah penggunaan pupuk, terjadi peningkatan pendapatan petani menjadi Rp2.612.800,00 per bulannya.

Sementara itu Ketua PP Muhamadiyah Haedar Nasir mengatakan, Muhammadiyah tidak hanya akan menggarap pertanian pada basis-basis Muhammadiyah. Ke depannya, pendampingan akan merata di seluruh Indonesia.

Langkah ini juga berawal dari keprihatinan Muhammadiyah terhadap belenggu kapitalisme yang masih membelenggu kaum petani saat ini, serta kebijakan pemerintah yang belum sepenuhnya memihak petani seperti dalam kasus impor beras (satria nugraha/Trijaya/jri)
Muhammadiyah Akan Panen Padi di Banjarnegara

Cetak E-mail
YOGYAKARTA - PP Muhammadiyah akan melakukan panen raya padi sawah dan palawija seluas 100 hektar di Kabupaten Banjarnega, Jawa Tengah, pada Sabtu 10 Maret mendatang.

Keberhasilan panen raya itu, tak lepas dari binaan tim fasilitator pertanian di bawah Majelis Pemberadayaan Masyarakat (MPM) PP Muhammadiyah.

Ketua Umum PP Muhammadiyah, Din Syamsudin, Senin (5/3/2007) mengatakan, upaya pemberdayaan masyarakat tani sudah menjadi komitmen Muhammadiyah sejak lama. Namun, baru beberapa tahun belakangan, MPM Muhammadiyan mulai merekrut para pakar dan praktisi pertanian yang sering terjun di lapangan, untuk ikut dalam program tersebut.

Menurut Din,keberhasilan program pemberdayaan petani oleh PP Muhammdiyah dapat dilihat dari hasil panen gabah kering giling di sejumlah tempat yang menjadi binaan Muhammadiyah.

"Yang baru-baru ini kita lakukan panen raya adalah panen raya kentang di daerah Pengalengan, Jawa Barat. Ada 100 petani kentang di sana, yang sudah merasakan manfaat dari program pemberdayaan ini," ujar Din, di Gedung PP Muhammdiyah.

Sementara itu, menurut koordinator tim pemberdayaan petani MPM Muhammdiyah Syafei Latukonsina, hasil dari pemberdayaan pertanian kentang di Pengalengan, para petani dapat menekan biaya produksi hingga 30 persennya.

"Dari semula biaya tanam dan perawatan kentang pada luas lahan seperempat hektar Rp6,2 juta. Dengan pemberdayaan ini dapat menghemat hingga menjadi Rp2,75 juta saja," kata Syafei.

Tidak hanya itu, kata Syafei, hasil panen kentang petani Pengalengan, juga mengalami peningkatan yang sangat signifikan setelah menjadi binaan program pendampingan PP Muhammadiyah.

"Dari semula hasil panen kentang dengan luas seperempat hektare hanya 50 kilogram, setelah pendampingan melonjak dua kali lipat menjadi 102 kilogram per seperempat hektare," kata Syafei.

Sementara itu menurut konsultan pertanian MPM Muhammadiyah, Iqbal Tuasikal, panen raya padi sawah di Banjarnegara Sabtu nanti, sudah dicoba dengan hasil 7,5 ton per hektare lahan sawah. "Sebelumnya, petani di sana hanya mampu menghasilkan 3-5 ton per hertare. Sementara target pemerintah mencanangkan hanya 4,5 ton padi per hektar," kata Iqbal.

Keberhasilan program pendapingan PP Muhammadiyah itu, menurut Iqbal tak lepas dari penghematan pupuk kimiawi diganti menjadi pupuk organik. "Dalam pendampingan ini, petani kami anjurkan hanya memakai 200 kilogram pupuk urea per hektarnya.

Sebelumnya pemaiakan urea 400-700 kilogram per hektare. Sementara pupuk KCL kita tiadakan,dan digantik dengan pupuk organik," ujar Iqbal. (moch fauzi/SINDO/jri)
HEMAT PAKAI BENIH DAN PUPUK
LIPATGANDAKAN PRODUKSI PADI


Suara Pembaharuan (14/03/2007, 13:26:30)


[JAKARTA] Penghematan pemakaian benih dan pupuk bisa melipatgandakan produksi padi. Tanah juga menjadi subur dan menghasilkan padi yang berkualitas bagus. Keuntungan petani dan produksi padi secara nasional pun akan meningkat, sehingga target peningkatan dua juta ton beras akan terlampaui.

Hal itu dikemukakan Menteri Pertanian Anton Apriyantono saat panen raya padi di Desa Blambangan, Kecamatan Bawang, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, Sabtu (10/3). Ikut memanen padi, antara lain Menteri Negara Pembangunan Daerah Tertinggal Saifullah Yusuf dan Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin.

Anton mengatakan, banyak pihak pesimistis terhadap upaya peningkatan produksi dua juta ton beras, antara lain mengaitkannya dengan iklim dan kemampuan pemerintah. Padahal, menurutnya, dengan upaya keras target itu bisa dicapai, antara lain dengan pembagian benih unggul bersertifikat, penyaluran pupuk tepat waktu, dan perbaikan saluran irigasi.

Namun, Anton menegaskan, yang paling utama adalah gerakan masyarakat dan dukungan langsung dari pejabat di daerah pada sektor pertanian. Pemerintah pusat mendukung berbagai upaya yang dilakukan oleh masyarakat, termasuk memberikan bantuan yang diperlukan untuk meningkatkan hasil pertanian.

"Di Banjarnegera, misalnya, tokoh-tokoh masyarakat dan organisasi kemasyarakatan seperti Muhammadiyah ikut turun tangan mendorong dan membantu petani. Bupatinya juga sangat peduli, sehingga hasilnya sangat dirasakan oleh petani dan masyarakat pedesaan. Untuk ini pemerintah tak akan segan-segan menyalurkan bantuan," tutur Anton.

Di Blambangan, katanya, pendidikan dan pelatihan implementasi teknologi pertanian oleh Majelis Pemberdayaan Masyarakat (MPM) Muhammadiyah telah berhasil menurunkan biaya produksi padi, meningkatkan hasil, memulihkan tingkat kesuburan tanah, dan menstandarkan harga sehingga petani dapat merasakan peningkatan pendapatan.

Ditentukan Tengkulak

Tokoh petani Blambangan, Rame Priyawan, memaparkan, petani selalu mengeluhkan harga pupuk dan obat pembasmi hama yang tinggi saat pemeliharaan atau pengolahan sawah. Pada saat panen, petani mengeluhkan harga jual gabah yang merosot, karena harga ditentukan oleh pembeli atau tengkulak. Saat membutuhkan sarana produksi pertanian (saprodi), harga ditentukan oleh penjual.

Rame mengatakan, MPM Muhammadiyah juga memberdayakan perilaku petani dalam penanganan benih, penggunaan pupuk, dan pemakian obat-obatan. Sebelumnya, selama bertahun-tahun petani sudah terbiasa memperlakukan tiga komponen itu di luar batas ketentuan, sehingga dibutuhkan ketekunan dan kesabaran yang tinggi untuk mengubah perilaku petani. [S-26/WMO]

Sekilas Ekonomi

Hasil MPM Naik 400 %

JAKARTA-Pemberdayaan petani yang digagas Majelis Pemberdayaan Masyarakat (MPM) Muhammadiyah, ternyata menghemat biaya produksi 30 - 70 persen untuk berbagai jenis tanaman pertanian. Hasil yang diperoleh pun meningkat 250-400 persen. ''Penggunaan obat-obatan dan pestisida ditekan, hanya maksimal 50 persen,'' kata Ketua MPM PP Muhammadiyah, Said Tuhuleley di Jakarta akhir pekan lalu.

Peningkatan produksi beras sebesar 2 juta ton/tahun atau sebesar 5,6% per tahun secara teknis (on farm) dapat dilakukan dengan meningkatkan produktivitas padi. Caranya, melalui program intensifikasi khusus melalui pendampingan MPM Muhammadiyah. Selain itu, perluasan areal padi melalui ekstensifikasi dan kombinasi intensifikasi dan ekstensfikasi.

Dia menambahkan, program pertanian organik yang dilakukan di beberapa daerah bertujuan menghasilkan padi unggul yang menjadi alternatif penyediaan beras murah yang saat ini sangat sulit diperoleh rakyat kecil. (bn-33)


MUHAMMADIYAH RESMIKAN PUSDIKLAT PETANI




Ketua Majelis Pemberdayaan Masyarakat (MPM) PP Muhammadiyah Drs Said Tuhuleley mengemukakan hal tersebut kepada wartawan di Kantor PP Muhammadiyah Jl Cik Ditiro, Jumat sore (9/2). Hal tersebut dikemukakan terkait dengan peresmian Pusdiklat Petani MPM sekaligus panen perdana kentang di Pangalengan Kabupaten Bandung, Sabtu (10/2). Peresmian dilakukan Ketua Umum PP Muhammadiyah Prof Dr Din Syamsuddin bersama Dirjen Pendidikan Luar Sekolah (PLS) Depdiknas Dr Ace Suryadi.

Pusdiklat MPM Jawa Barat ini menjadi salah satu item dalam program pendampingan petani, merupakan Pusdiklat pertama yang dikembangkan Muhammadiyah. Diharapkan dalam waktu dekat, jelas Said, akan dibentuk beberapa Pusdiklat di pelbagai wilayah baik di Jawa maupun Luar Jawa.

“Akibat lanjutannya, petani termasuk di sini nelayan dan juga buruhnya menjadi amat sangat mengenaskan nasibnya,” tandas Said. Karena mereka hanya mendapat perhatian menjelang pemilihan umum semata. Namun nasib mereka tidak pernah diperhatikan apalagi diperbaiki setelah pemilihan umum berlalu. Bahkan kebijakan-kebijakan yang diambil para elite politik maupun elite birokrasi lebih sering memarjinalkan petani.

Dampak lanjutan yang kian memprihatinkan menurutnya ialah profesi petani ternyata sudah menjadi profesi tidak menarik lagi bagi orang muda. “Ironis, ternyata orang muda lebih memilih menjadi Pak Ogah di kota, daripada menjadi petani. Ini ‘kan perubahan sikap dan nilai yang sangat luar biasa,” kata Ketua MPM PP Muhammadiyah.

Fakta di lapangan inilah yang menjadikan MPM PP Muhammadiyah memandang perlu bersama seluruh komponen bangsa untuk menggairahkan kembali, sektor pertanian. Mengingat sektor pertanian masih diakui dan dicatat negara sebagai persentase terbesar angkatan kerja di Indonesia.

Setelah melakukan pendampingan petani dengan mengkampanyekan pertanian sehat dengan meminimalkan penggunaan pupuk kimiawi, mulai 2007 ini MPM PP Muhammadiyah juga akan melakukan pendampingan nelayan serta buruh. Selain melakukan kajian dan diskusi untuk memahami akar permasalahan sesungguhnya juga melakukan aktivitas langsung di masyarakat. “Pendekatan ini kami terapkan dalam mendampingi petani, buruh maupun nelayan,” katanya.

.

MUHAMMADIYAH

HARI INI PANEN RAYA DI BANJARNEGARA

Bertani dengan Sistem ‘Rahm


kr.go.id~MENGAPA petani di Indonesia yang merupakan negeri agraris ini justru identik dengan kemiskinan? Pertanyaan yang membuat gundah dan terus berkecamuk di benak siapapun yang peduli petani dan pertanian. Peranyaan berikut, benarkah budidaya pertanian tidak menggunakan pengetahuan yang benar, sehingga petani tetap menjadi miskin?

Pertanyaan yang tidak kunjung terjawab dan fakta yang ada, membuat Majelis Pemberdayaan Masyarakat (MPM) PP Muhammadiyah mengkaji berkali-kali. Hasilnya, petani perlu diberdayakan. Maka selain memberi contoh, MPM PP Muhammadiyah pun melakukan pemberdayaan dalam 3 aspek dengan tetap menggunakan jaringan struktur Muhammadiyah.

Pertama, pemberdayaan organisasi dimana masyarakat petani diorganisir dalam jamaah petani yang dibentuk di tingkat ranting Muhammadiyah. “Kemudian pemberdayaan perilaku untuk mengubah perilaku petani yang cenderung destruktif dan un-technology menjadi konstruktif dan teknologis dalam mengolah tanah pertanian,” jelas Ketua MPM PP Muhammadiyah, Said Tuhuleley saat menjelaskan rencana panen raya di Banjarnegara yang akan dilaksanakan Sabtu (10/3) pagi ini. Menurut rencana, 2 menteri yakni Menteri Pertanian Anton Aprianto, Menteri Percepatan Daerah Tertinggal (PDT) Syaifullah Yusuf bersama Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin akan mengawali dengan pemotongan padi bersama persawahan warga di Desa Blambangan Kecamatan Bawang, Kabupaten Banjarnegara.

Bukan hanya itu. MPM juga melakukan pemberdayaan teknologi dengan menerapkan sistem pertanian rahmatan lil alamin yakni sistem ramah lingkungan (sistem organik murni) dengan menggunakan PLC Solid sebagai sarana utama. Mereka juga melibatkan kelompok perempuan tani yang merupakan warga Aisyiyah. Hasilnya?

Pemberdayaan yang dilakukan MPM PP Muhammadiyah ternyata mampu memberikan penghematan biaya produksi 30% - 70% untuk pelbagai jenis tanaman pertanian. Sementara hasil yang diperoleh, bisa meningkat sampai 250% bahkan 400%. “Ini karena obat-obatan dan pestisida ditekan mungkin. Penggunaan hanya bisa maksimal 50%. Mengingat masih sulit juga mengajak petani benar-benar tidak menggunakan pestisida,” jelas Said.

Menuju pertanian organik, adalah tujuan jangka panjang yang hendak dilakukan. Dan ini diakui MPM PP Muhammadiyah bukan hal mudah dilaksanakan. “Tetapi petani Banjarnegara yang kami bina sudah bertekad bisa menjadi contoh Indonesia go-organic 2010 yang dicanangkan Departemen Pertanian. Dan ini bisa menjadi entry-point penguatan masyarakat tani dan pertanian nasional,” jelas Ir Syafii Latuconsina, konsultan ahli untuk pendampingan petani.

Panen untuk menunjukkan kepada khalayak, betapa program pendampingan Muhammadiyah terhadap petani mampu memberikan secercah harapan akan hasilnya. Sehingga petani lain tidak perlu berkecil hati untuk mengikuti gerakan tersebut. Sekalipun Muhammadiyah belum melakukan pendampingan secara menyeluruh di negeri ini. Baru di Pandeglang Banten, Cianjur, Garut, Kabupaten Bandung, Kuningan, Tasikmalaya, Indramayu, Cirebon dan Subang di Jawa Barat. Sedang di Jawa Tengah pendampingan dilakukan di Cilacap, Banjarnegara dan Pemalang. Sementara di Jawa Timur MPM PP Muhammadiyah sudah menggerakkan jaringannya di Malangraya, Madiun. (Fsy)-s


SETELAH PEROLEH PENDAMPINGAN

MPM PP MUHAMMADIYAH

Produksi Pertanian di Banjarnegara


kr.co.id~BANJARNEGARA (KR) - Sudah terbukti, warga masyarakat dengan dampingan dari Majelis Pemberdayaan Masyarakat (MPM) PP Muhammadiyah berhasil melakukan revolusi pertanian. Bahkan yang menarik, hal ini juga dilakukan di tengah-tengah pesimisme tentang kemustahilan produksi pertanian. Karena di salah satu kawasan di Kabupaten Banjarnegara, ternyata terjadi peningkatan produksi pertanian yang sangat luar biasa, dengan kualitas produksi yang bagus pula. Bahkan yang menarik dilihat, bagaimana cost of product yang menurun sampai 50% ini tetapi hasilnya bisa meningkat 50% lebih bahkan sampai 2 kali lipat.

Menteri Pertanian Dr Anton Aprianto mengemukakan hal tersebut usai melakukan panen raya di Desa Blambangan Kecamatan Bawang Kabupaten Banjarnegara, Sabtu (10/3). Sebelumnya, telah dilakukan pemotongan padi secara bersama yang dilakukan Ketua Umum PP Muhammadiyah Prof Dr Din Syamsuddin, Menteri Pertanian Dr Anton Aprianto, Menteri Negara Pembangunan Daerah Tertinggal (PDT) Ketua PP Aisyiyah Prof Dr Siti Chamamah dan pejabat lainnya.

Pemotongan padi bersama tersebut menandai panen raya di areal sekitar 100 hektar sawah warga Blambangan yang mendapat pendampingan dari MPM PP Muhammadiyah. Dalam pendampingannya, MPM PP Muhammadiyah mengajak kembali melakukan penanaman secara organik sekaligus menjadikan budaya menanam yang sehat. Dengan pendampingan tersebut sebagaimana dikemukakan laporan Ketua MPM PP Muhammadiyah Drs Said Tuhuleley, masyarakat mendapatkan bahwa ongkos produksi menurun sampai 50% namun produksi meningkat bisa mencapai 300% dan juga melibatkan perempuan yang tergabung dalam pengajian Aisyiyah.

Usai panen raya dan ramahtamah, Menteri Pertanian, Menneg PDT dan Ketua Umum PP Muhammadiyah melakukan kunjungan ke Sijeruk. Di kawasan relokasi korban tanah longsor ini, Menneg PDT telah memberikan bantuan sapi penggemukan dan juga menyatakan akan memberikan tambahan sapi bagi masyarakat yang belum mendapatkan. Meneg PDT Syaifullah juga sempat berdialog dengan warga setempat.

“Karena itu, MPM PP Muhammadiyah sebagai pelopor, hendaknya dapat menyosialisasikan program ini ke daerah lain. Tolong, sebar luaskan gerakan masyarakat ini. Menteri akan mendukung dan Departemen Pertanian akan memfasilitasi. Ini menunjukkan bahwa Muhammadiyah bukan hanya pelopor pendidikan, kesehatan namun juga pertanian,” kata Anton. Menurutnya, apa yang dilakukan MPM tanpa dengan MoU itu, jauh lebih baik dan berguna daripada penandatanganan selembar kertas namun tidak ada kerja. Karena itu, permintaan petani akan alat-alat kebutuhan pertanian, menurut Anton menjadi permintaan wajar dan perlu mendapat perhatian pemerintah.

Anton mengakui, sesungguhnya beras kita cukup hanya harganya mahal. Ini berarti, katanya, beras kita tidak membuat cukup harga menjadi stabil. Bahkan tahun lalu dengan kemarau panjang, produksi beras kita cukup tetapi tidak mampu membuat harga stabil. “Kalau dapat meningkatkan produksi, hal ini sebenarnya dapat diatasi. Ternyata diawali dari daerah ini, kita akan bisa optimis dalam soal perberasan. Dengan bibit yang unggul, dengan teknologi yang baik, Insya Allah, masalah perberasan ini akan dapat ditangani di masa mendatang,” katanya.

Ketua Umum PP Muhammadiyah Prof Dr Din Syamsuddin mengemukakan, adalah sangat wajar jika pemerintah memberikan bantuan pada Muhammadiyah mengingat Muhammadiyah juga sudah banyak membantu pemerintah. “Karena itu kalau ada reshuffle kabinet, semoga kedua menteri ini tidak direshuffle,” kata Din dengan seloroh.

Kehadiran kader MPM Muhammadiyah selaku fasilitator pembangunan pertanian di sini, bisa dilihat hasilnya. Bahkan yang mengharukan, di sini telah terjadi penghematan-penghematan biaya produksi yang bisa dilakukan petani. Mengutip apa yang disampaikan wakil petani, Rame Priyawan, bahwa untuk seluruh Kabupaten Banjarnegara penggunaan sistem yang dilakukan MPM Muhammadiyah ini bisa menghemat sekitar Rp 48 miliar pertahun. Artinya, selama ini Banjarnegara telah melakukan pemborosan Rp 48 miliar pertahun.

“Pemborosan ini jika kita hitung rata-rata di seluruh Indonesia dengan 450 kabupaten, maka setiap tahun kita melakukan pemborosan sekitar Rp 21,5 triliun pertahun. Artinya, telah terjadi proses pemubadziran selama ini,” katanya.

Pendampingan yang dilakukan MPM PP Muhammadiyah lewat motor penggerak Said Tuhuleley, Iqbal Tuasikal dan Syafii Latuconsina adalah hijrah dalam arti pemberdayaan terhadap petani setelah cukup lama terperdaya baik oleh sistem ataupun budaya.

“Harus diakui, selama ini petani kita terperdaya. Disebut petani padahal hanya buruh tani. Terperdaya petani dengan biaya produksi tinggi, padahal bisa diturunkan dan lainnya,” kata Din.


www.banjarnegara.go.id

Din Syamsuddin;

Impor Beras Sesuatu Yang Ironi Di Indonesia

Deni Al Ashari

Indramayu-- Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Prof. Dr. Din Syamsuddin, MA menilai kebijakan pemerintah untuk mengimpor beras dari negara lain merupakan sesuatu yang sangat ironis. Sebab Indonesia adalah negara pertanian yang memiliki lahan pertanian yang sangat luas. Pernyataan ini disampaikan oleh Din Syamsuddin saat memberikan sambutannya dalam acara panen Perdana Petani Binaan Majelis Pemberdayaan Masyarakat (MPM) Muhammadiyah di desa Junti Kebon, Kecamatan Juntinyuat, Kabupaten Indramayu Jawa Barat (06/05/07).

" Saya katakan demikian karena untuk Jawa Barat saja selama ini, khususnya daerah Indramayu, Karawang, Cirebon menjadi lumbung padi bagi republic kita. Akan tetapi kenapa saat ini Indonesia tidak berswasembada pangan, malah yang dilakukan adalah impor beras, ini merupakan sesuatu yang sangat ironis" tuturnya. Apalagi Din menilai dari impor beras tersebut juga ada yang harganya sangat mahal, yang bagi sebagian masyarakat kita tidak terjangkau.

Oleh karena itu, Muhammadiyah hadir ingin memberikan perhatian dan bantuan dalam masalah ini. Bagaimana nantinya Muhammadiyah bisa membantu bangsa ini kembali untuk berswasembada pangan. "Mudah-mudahan dengan cara yang dilakukan oleh Muhammadiyah saat sekarang ini akan ada hasilnya bagi republic kita tercinta" tambahnya.

Apalagi Din juga melihat kondisi petani kita sebagian besar adalah adalah mereka yang berprofesi sebagai buruh tani, bukan petani pemilik lahan, sehingga kadangkala mereka memperoleh gaji yang sangat kecil, " perubahan ini bisa terjadi akibat terjerat utang yang dipermainkan oleh para rentenir atau tengkulak terhadap para petani kita, sementara negara hampir tidak berdaya dalam menangani masalah ini, maka terjadilah akibatnya demikian" ungkap Din. Di tengah persoalan yang demikian itulah sebenarnya Muhammadiyah ingin tampil untuk membantu para petani kita, semoga kerja yang telah dimulai oleh MPM Muhammadiyah ini menuakan hasil dikemudian hari.(Den)

Puluhan Artis Ibu Kota Meriahkan Panen Perdana MPM Muhammadiyah

Puluhan Artis Ibu Kota

Meriahkan Panen Perdana MPM Muhammadiyah

Deni Al Ashari

Indramayu—Puluhan artis ibu kota yang tergabung dalam kelompok pengajian "ORBIT" memeriahkan panen perdana padi sawah petani binaan Majelis Pemberdayaan Masyarakat (MPM) Muhammadiyah di Desa Junti Kebon Juntinyuat Kabupaten Indramayu Jawa Barat Minggu, 06 Mei 2007. Hadir diantaranya Cici Tegal, Erna Libi, Berliana Ferbrianti, Febi Sofia, Yati Octavia, Oki Asokawati, Madreloy Osmanik, Dewi Yul dan Iis Dahlia. Dalam acara yang berlangsung selama 4 jam tersebut, sebagian ada yang melakukan dialog langsung dengan para petani, dan sebagian juga ada yang menghibur dengan lagu melalui panggung yang sudah disediakan oleh panitia.

" Priben Kabare….(Bagaimana Kabarnya) ???? Apic-apic wae….(Baik-baik saja) ????" demikian salah satu sapaan yang diberikan oleh Cici Tegal ketika hendak memulai dialog dengan petani. Dengan gaya yang setengah menghibur, Cici menanyakan seputar proses produksi serta penjualan padi yang dilakukan petani selama ini, dan Cici bersama rombongannya juga merasakan bangga dengan hasil yang diperoleh oleh para petani Indramayu ini melalui bimbingan MPM Muhammadiyah. "saya sangat senang mendengar hasil pertanian bapak dan ibu yang meningkat, semoga ke depan tetap selalu meningkat ya bu…?? " tutur Cici yang disambut tepuk tangan peserta

Setelah melakukan dialog sekitar 15 menit, penutupan acara juga disambut dengan hiburan yang dibawakan oleh Iis Dahlia. Walaupun hanya menyanyikan satu buah lagu, namun dengan tampilnya sosok putra/i daerah Indramayu itu, seakan-akan telah mengobati kerinduan masyarakat setempat. Setelah menghadiri panen perdana, rombongan Artis yang datang bersama Ketua Umum PP. Muhammadiyah Din Syamsuddin itu langsung diminta untuk meresmikan SMK Muhammadiyah yang berada di daerah Jati Barang Indramayu. (Deni)

MPM Muhammadiyah Berhasil Dampingi Petani Indramayu

Said Tuhuleley: "MPM Akan

Perluas Pendampingan Untuk Wilayah dan Jenis Lain"

Deni Al Ashari

Indramayu –Majelis Pemberdayaan Masyarakat (MPM) Muhammadiyah berhasil dampingi petani Kecamatan Juntinyuat Kabupaten Indramayu dalam penurunan ongkos pertanian dan peningkatan produksi. Penurunan ongkos pertanian ini terbukti setelah dilakukan pendataan sekaligus perbandingan dengan panen Padi sawah yang berlangsung pada Ahad 06 Mei 2007 di Desa Junti Kebon, Kec. Juntinyuat kab. Indramayu Jawa Barat.

Istar Swi Priyono, IR, MM ketua MPM Pimpinan Wilayah Jawa Barat dalam releasenya yang disampaikan kepada Tim Liputan Muhammadiyah.or.id yang hadir saat panen raya menyebutkan, dari tiga kali melakukan penen raya yang dilakukan oleh MPM bersama petani di Jawa Barat ini menunjukkan hasil yang sangat menggembirakan. Sebab terdapat pengurangan biaya pertanian dan peningkatan produksinya. "para petani yang telah melakukan panen raya tersebut dapat menghemat biaya lebih dari 50 % dan memperoleh peningkatan produksi lebih dari 50 % dengan kualitas yang baik" ungkapnya.

Hal yang senada juga dirasakan oleh petani binaan MPM Muhammadiyah di Juntinyuat, dengan pelatihan dan pendampingan yang dilakukan oleh MPM Muhammadiyah, para petani yang tergabung dalam "Bina Mentari" betul-betul merasakan manfaat yang besar dari hasil pertaniannya tersebut. " Kalau sebelum ada binaan MPM Muhammadiyah ini ongkos pertanian yang dikeluarkan mencapai Rp. 1.571.000, namun setelah adanya binaan MPM ini kami hanya mengeluarkan ongkos pertanian sebesar Rp. 705.000, -, jadi terdapat selisih Rp. 866.000, - tutur Syatori Yamin.

Syatori Yamin juga menambakan, jika jumlah selisih ongkos pertanian pada masa sebelum dan sesudah binaan MPM tersebut dikalikan dua, maka akan berjumlah Rp. 1.732.000,-.( satu juta tujuh ratus tiga puluh dua ribu rupiah), ini jelas merupakan angka yang sangat besar bagi petani. Apalagi jika jumlah 1.732.000 tersebut dikalikan dengan 310 desa yang ada di kabuaten indramayu dengan kepemilikan tanah rata 100 ha, maka menurut Syatoti dalam jangka waktu satu tahun petani sudah melakukan pemborosan biaya pertanian sebesar Rp. 22.692.000.000,- (22,692 Milyar).

Dengan keberhasilan yang dirasakan oleh kerjakeras MPM Muhammadiyah ini, rencananya kedepan MPM akan memperluas untuk Jenis tanaman lain dan pendampingan petani di luar wilayah Jawa. Menurut Said Tuhuleley, ketua MPM Muhammadiyah, dalam waktu dekat MPM akan melakukan panen raya untuk jenis tanaman Jeruk, Nanas dan Jahe Gajah. " kemarin sudah ditinjau oleh Tim MPM Muhammadiyah dan telah dikoordinasi dengan petaninya itu" ungkap Said. Sedangkan untuk pendampingan petani untuk di luar Jawa, Said menyebutkan akan dilakukan panen raya di Sulawesi Selatan di dua kabupaten dengan dua jenis tanaman yang dicoba dibimbing, yaitu kabupaten Sinjai untuk padi sawah dan kabupaten Mrekah untuk tanaman Ortikurtura.

Selain itu MPM Muhammadiyah juga akan mempersiapkan pendampingan untuk wilayah Sumbawa di Nusa Tenggara Barat dan Bengkulu. " Untuk Bengkulu ini, kebetulan MPM bekerjasama dengan Kementerian Daerah Tertinggal untuk melatih fasilitator pendamping masyarakat di sana, jadi untuk tahun 2007 ini MPM akan bergerak di Jawa sebagian besar, dan luar Jawa terbatas untuk tiga propinsi itu dulu" tambahnya. (Deni)

Kamis, 12 Juli 2007


Kamis, 12 Juli 2007 0:22:00
Din Syamsuddin: Islam Masih Mendapat
Persepsi Yang Salah dari Banyak Pihak


Jakarta-RoL--Ketua Umum PP Muhammadiyah, Din Syamsuddin, mengatakan Islam dan Muslim selama ini telah menjadi subjek dari konsepsi dan pengertian yang salah sehingga menimbulkan prasangka buruk dari banyak pihak.

"Dan akibatnya, kalangan Muslim juga akhirnya memiliki pandangan curiga serta prasangka buruk terhadap masyarakat Barat," kata Din Syamsuddin dalam "Lecture of Civilization" yang diadakan oleh Centre for Dialogue and Cooperation among Civilization (CDCC) di Jakarta, Rabu.

Menurut dia, Islam dan Muslim (penganut agama Islam) secara tidak beruntung telah menjadi pusat perhatian sejak tragedi sebelas September.

"Hal tersebut menimbulkan sebuah lingkaran salah pengertian dan prasangka buruk yang pada akhirnya seringkali menimbulkan pada perpecahan dan malapetaka," ujarnya.

Oleh karena itu, lanjut Din, perlu diadakan dialog di antara peradaban yang berbeda di dunia utamanya pada antara kalangan elit serta akar rumput.

"Kita harus meyakinkan bahwa berbagai aktivitas untuk menjembatani jarak antar-peradaban akan menyumbangkan saling pengertian serta saling menghormati dalam cara yang lebih kongkrit," ujar dia.

Dialog antar-peradaban, kata dia, cenderung akan memiliki kepentingan politis jika di antara peserta dialog tidak disertai kejujuran.

"Peserta dialog antarperadaban harus memiliki keterbukaan dan kejujuran dalam setiap pembicaraan yang dilakukan," ucap dia.

Selain dialog juga harus disertai adanya tindakan kongkrit untuk mewujudkan aliansi antarperadaban yang pada akhirnya dapat menghilangkan prasangka ataupun stigma terhadap Islam ataupun "Barat".

"Seluruh peserta aliansi harus fokus pada pengembangan pendidikan, kaum muda, serta media yang sifatnya multikulturalis.

Migrasi, tambah Din, juga merupakan salah satu faktor kongkrit yang harus diperhitungkan untuk menciptakan sebuah aliansi peradaban yang solid.

"Adanya dialog dengan kaum migran dan mau menghormati kebudayaan mereka merupakan salah satu cara untuk mewujudkan hal tersebut," kata Din. antara/purpur

Selasa, 03 Juli 2007

14 Ormas Serukan Jihad Lawan Korupsi

Jakarta, Kompas - Sebanyak 14 organisasi masyarakat atau ormas Islam, Senin (2/7) di Jakarta, mendeklarasikan jihad melawan koruptor, terutama terhadap mereka yang terlibat kasus penyimpangan Bantuan Likuiditas Bank Indonesia atau BLBI.

Ormas pendukung deklarasi itu, antara lain, Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama (NU), Persatuan Islam, Alwasliyah, Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII), dan Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII).

Sebelumnya, Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Din Syamsuddin mengatakan, jihad ini merupakan bentuk rasa tanggung jawab umat Islam dalam menghadapi masalah bangsa. "Deklarasi ini untuk mendorong seluruh umat Islam ikut menentukan masa depan negeri ini agar kasus semacam BLBI tidak terulang lagi," ujarnya.

Menurut Din, kasus penyimpangan BLBI merupakan bentuk kezaliman yang nyata. Sebuah kezaliman yang nyata memang harus dihadapi dengan tindakan. "Namun, jihad umat Islam ini bukan berarti meniadakan arti keterlibatan umat agama lain," ujarnya.

Din mendorong agar umat Islam tidak berhenti pada deklarasi saja. "Kita harus terus mendorong penyelesaian kasus BLBI dengan membentuk kelompok kerja. Tujuannya agar deklarasi ini tak hanya menjadi deklarasi yang kemudian dilupakan," ujarnya.

Koordinator Masyarakat Profesional Madani Ismed Hasan Putro juga meminta agar ormas Islam memiliki aksi konkret untuk mendesak pemerintah agar menyelesaikan kasus BLBI. Aksi nyata itu tidak selalu dilakukan dengan demonstrasi atau teror, tetapi juga bisa dilakukan dengan memboikot produk dari perusahaan milik mereka yang diduga menyimpangkan BLBI.

"Kami imbau agar umat Islam dan masyarakat tidak membeli produk dari perusahaan yang terkait kasus BLBI," ujarnya.

Ketua Umum PP Persatuan Islam KH Shidiq Aminullah ketika membacakan deklarasi menyebutkan, akibat konglomerat dibiarkan melanggar batas maksimal pemberian kredit, pemerintah harus menyalurkan BLBI, obligasi rekap, dan program penyehatan perbankan. Semua itu dibiayai dari uang rakyat hingga menimbulkan kerugian lebih dari Rp 650 triliun.

"Berdasarkan temuan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) tanggal 30 November 2006, ada dua konglomerat penerima BLBI yang menyebabkan kerugian negara lebih dari Rp 33 triliun dan Rp 28 triliun," ujarnya lagi.

Uang negara itu, menurut Shidiq, sebenarnya bisa dipakai untuk membangun fasilitas kesehatan, sekolah, atau jalan pedesaan. "Ternyata, pemerintah lebih memilih menyubsidi konglomerat melalui obligasi rekap lebih dari Rp 50 triliun per tahun," ujarnya.

Ketua Harian Presidium Majelis Nasional Keluarga Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI) Abdul Asri Harahap mengingatkan, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono harus serius menyelesaikan kasus BLBI. Ketidakseriusan pemerintah bisa melahirkan ketidakpercayaan rakyat kepada Presiden.

Sementara itu, Senin di Kejaksaan Agung, Kepala Pusat Penerangan Hukum Kejagung Salman Maryadi menjelaskan, 75 nama calon anggota tim jaksa yang khusus menangani kasus BLBI sudah di tangan Jaksa Agung Hendarman Supandji. Jaksa Agung akan memilih 35 jaksa sebagai tim penyelesaian BLBI. (mam/idr)