Selasa, 22 Mei 2007

Muhammadiyah Merespon Kemiskinan Print E-mail
Jumat, 03 Maret 2006

Ketika awal mula didirikan Muhammadiyah dikenal sebagai organisasi Islam, yang bergerak dalam dakwah amar ma'ruf nahi munkar dan sebagai Penolong Kesengsaraan Oemoem (PKO).

Sebagai organisasi yang bergerak sebagai PKO, Muhammadiyah hampir selalu hadir ketika ada bencana yang menimpa masyarakat, siapapun mereka. Masyarakat yang terkena musibah kelaparan, terkena bencana alam seperti banjir, tanah longsor, gempa bumi, terkena bencana kelaparan dan penyakit menular seperti tipes, kolera dan disentri.

Muhammadiyah sangat "ringan tangan" sebagai Penolong Kesengsaraan Oemoem tampaknya terilhami dari doktrin surat Al-Maun. Doktrin surat Al-Maun agar kita jangan menyengsarakan orang fakir, miskin, anak yatim sangat jelas sekali menjadi pedoman dalam arnal usaha Muhammadiyah.

Kiai Dahlan menyelenggarakan sekolah gratis yang dia asuh sendiri beserta teman-temannya. Demikian pula Kiai Fabian mendirikan sebuab balai pengobatan yang pertama kali di Jawa Timur juga dengan dokter serta pengobatannya yang gratis. Panti-panti asuhan didirikan untuk menjadi "tempat tinggal" mereka yang yatim, piatu, lemah, miskin dan hina. Semuanya dengan gratis.

Setelah seratus tahun Muhammadiyah berdiri, amal usaha tampak terlihat semakin banyak di seluruh penjuru tanah air, dari lembaga pendidikan, usaha kesehatan dan panti asuhan. Setiap tahunnya terus bertambah dimana-mana.

Di tengah pertumbuhan dan perkembangan amal usaha Muhammadiyah itu, masyarakat kita yang miskin juga terus bertambah. Bahkan, tahun 2005 yang baru lalu, jumlah orang miskin diperkirakan mengalami kenaikkan sebesar 34% dari jumlah sebelumnya 40 juta jiwa penduduk Indonesia.

Kemiskinan yang melanda negeri ini bermacam-macam penyebabnya, dari soal gagal panen bagi petani, lapangan pekerjaan yang sulit didapatkan bagi pengangguran, sehingga menambah jumlah pcngangguran (baik terselubung maupun actual), bahkan kemiskinan yang terjadi karena kebijakan Negara yang tidak pro rakyat banyak, kemiskinan karena harga-harga barang kebutuhan pokok yang melambung tinggi sehingga tidak terjangkau dan seterusnya.

Semua itu tentu saja menjadi keprihatinan bersama. Kemiskinan pendeknya harus direspon segera sebelum sebagian besar rakyat bangsa ini menjadi pengemis di negerinya sendiri, dan terlunta-lunta bagaikan orang yang tidak memiliki tempat tinggal (displace), bukan saja bagaikan pengungsi tetapi tidak lagi memiliki tempat tinggal yang layak sebagai hunian.

Muhammadiyah sebagai ormas Islam yang besar dan memiliki semangat Al-Maun tadi jelas dituntut merespon gejala kemiskinan yang terus terjadi di negeri ini secara massif. (Bahan dan tulisan: ZQ)

Tidak ada komentar: