Selasa, 26 Februari 2008

Muhammadiyah, PMB dan Klaim Politik



Pimpinan Pusat Muhammadiyah menerima audiensi Pimpinan Pusat Partai Matahari Bangsa (PMB) pada Rabu,20 Februari 2008.

Dalam kesempatan menerima audiensi PMB, setidaknya ada dua poin menarik dari pernyataan Ketua Umum PP Muhammadiyah Prof Din Syamsuddin (Bang Din). Pertama,soal dukungan moral Bang Din bagi keberlangsungan masa depan PMB.Dalam konteks pemberian dukungan ini, Bang Din bahkan mengingatkan agar PMB berhati-hati karena ada partai politik lain yang akan mencoba menjegal agar PMB tidak lolos verifikasi.

Kedua, Bang Din meminta agar PMB tidak perlu mengklaim dukungan Muhammadiyah. PMB lebih baik menunjukkan citra dirinya sebagai partai yang konsisten menjalankan nilainilai moral yang dipegang Muhammadiyah. Dengan begitu justru simpati dari warga Muhammadiyah akan dapat diraih.

Bentuk Sikap Bijak

Poin dukungan moral Bang Din terhadap PMB adalah sebuah realitas yang semestinya.Pendiri dan pengurus PMB umumnya anak biologis dan ideologis Muhammadiyah. Secara organisatoris, pendirian PMB sama sekali tidak difasilitasi Muhammadiyah. Kalaupun ada keputusan Tanwir Mataram 2004 yang sering dijadikan sebagai klaim pembenar atas dukungan Muhammadiyah bagi pendirian PMB,sifatnya hanya sebatas "tafsir".

Mendukung dan tidak mendukung pendirian PMB sangat bergantung pada siapa yang menafsirkan keputusan tanwir tersebut. Bagi temanteman PMB, rekomendasi Tanwir tersebut tentu bisa dipandang sebagai bentuk dukungan Muhammadiyah terhadap pendirian PMB. Hal ini tentu berbeda dengan misalnya pendirian Partai Amanat Nasional (PAN) yang pendiriannya nyata-nyata ditopang rekomendasi Tanwir Semarang 1998.

Dengan dukungan rekomendasi inilah PAN bisa tumbuh menjadi partai yang relatif diperhitungkan, meskipun tingkat keberfungsiannya sebagai partai politik, terlebih terkait dengan kontribusi politiknya terhadap Muhammadiyah, patut dipertanyakan. Dukungan moral sudah selayaknya diberikan kepada PMB.Kenapa?

Posisi politik PMB yang sekarang ini telah berhasil membentuk kepengurusan di 32 Provinsi. Berdasarkan ketentuan Departemen Hukum dan HAM juga sudah sangat memenuhi syarat sebagai partai politik.Ini tentu capaian prestasi politik yang luar biasa dari anak-anak muda Muhammadiyah.

Di tengah masyarakat yang apatis, bahkan mengalami penurunan kepercayaan terhadap partai politik- lantaran perilaku politik partai yang kerap tidak sesuai dengan kehendak masyarakat banyak-dan tanpa didukung keputusan atau rekomendasi resmi Muhammadiyah,serta dengan modal pendanaan yang paspasan, anak-anak muda Muhammadiyah yang kebanyakan berusia di bawah 35 tahun justru berhasil mendirikan PMB.

Ada ungkapan Jawa,tego lorone ora tego patine (tega sakitnya, tidak tega matinya). Dukungan moral Bang Din ini sepantasnya dilihat dalam bingkai ungkapan Jawa ini. Kalau Bang Din tidak memberikan dukungan moral terhadap PMB justru akan dinilai sebagai bentuk "keterlaluan politik" dan "ketegaan politik".

Secara organisatoris,Muhammadiyah tentu tidak sepantasnya memberikan dukungan politik kepada partai politik manapun.Tapi sebagai pribadi, apalagi yang bersangkutan adalah mantan Ketua Umum PP Pemuda Muhammadiyah, dukungan moral Bang Din tentu sangat manusiawi dan cukup bisa dipahami dalam konteks bermuhammadiyah.

Karenanya,tidak perlu ada yang di(mem)permasalahkan perihal dukungan moral Bang Din terhadap PMB. Inilah bentuk sikap bijak dari Bang Din dan juga pimpinan Muhammadiyah yang lain.

Tantangan bagi PMB

Poin kedua pernyataan Bang Din tentang tidak perlunya melakukan klaim-klaim politik bahwa PMB mendapat dukungan Muhammadiyah dan imbauan agar PMB lebih baik menunjukkan diri sebagai partai yang konsisten menjalankan nilainilai moral yang dipegang Muhammadiyah, harus disikapi oleh temanteman PMB sebagai bentuk emandari Bang Din akan jerih payah yang telah dilakukan teman-teman dalam mendirikan PMB.

Artinya, suksesnya mendirikan PMB yang tanpa topangan keputusan organisasi Muhammadiyah jangan lantas dibumbui dengan klaim-klaim politik murahan yang justru akan menjerumuskan PMB andai tidak mampu mewujudkan klaim-klaim politiknya. Meski berat,namun PMB ke depan harus secara serius mempunyai komitmen terhadap dua hal berikut.

Pertama, meski berasaskan Islam, namun dalam geraknya PMB sebisa mungkin membuang jauh-jauh kecenderungan menggunakan simbolsimbol Islam yang bersifat formal.Sebagian masyarakat kita sudah alergi terhadap penggunaan simbol-simbol agama lantaran kecenderungan kuat dari perilaku penggunanya yang bertabrakan dengan simbol-simbol tersebut. PMB juga harus mempunyai komitmen dengan berusaha menghadirkan wajah Islam dalam dimensi yang lebih substantif.

PMB jangan sampai terjebak untuk menghadirkan wajah Islam yang serbaformal sebagaimana kerap ditampilkan oleh partai yang berlabelkan Islam lain, yang terkadang justru membuat sebal sebagian umat Islam.

Kedua, pentingnya uswah hasanah (keteladanan) politik. Inilah yang langka dalam dunia politik kita saat ini. Para pelaku politik kita belum atau bahkan tidak mampu memberikan keteladanan politik kepada masyarakat. Yang terjadi justru sebaliknya, tontonan politik murahan lebih sering ditampilkan oleh eliteelite politik kita.

Yakinlah, kalau PMB secara serius berkomitmen menjalankan dua hal di atas, PMB akan memperoleh dua keuntungan politik sekaligus.Selain akan diperhatikan-bahkan bisa jadi akan menjadi partai Islam alternatif bagi pemilih muslim lantaran berasaskan Islam dan mampu menghadirkan Islam substantif ketimbang formalistik pada ranah publik-PMB juga akan diperhitungkan banyak pihak lantaran keteladanan politik yang ditampilkan kaderkader muda politiknya.Semoga.(*)

Ma'mun Murod Al-Barbasy
Direktur Laboratorium Ilmu Politik FISIP Universitas Muhammadiyah Jakarta dan Ketua PP Pemuda Muhammadiyah


Tidak ada komentar: