PIDATO MILAD MUHAMMADIYAH KE-93 |
|
Assalamu'alaikum wr. wb. Alhamdulillah Muhammadiyah telah memasuki usia 92 tahun dalam hitungan tahun hijriyah atau 90 tahun dalam hitungan tahun miladiyah. Usia yang mendekati satu abad itu merupakan anugerah Allah SWT., sekaligus sebagai bukti dari amanah dan kepercayaan masyarakat kepada Muhammadiyah dalam menjalankan misi dakwah amar ma'ruf nahi munkar di persada negeri ini. Banyak hal telah dirintis dan dikhidmadkan Muhammadiyah untuk umat dan bangsa melalui amal usaha dan amalan-amalan dakwahnya untuk kemajuan. Ada pula hal-hal yang belum tergarap dengan baik dan masih menjadi tantangan Muhammadiyah untuk dilaksanakan melalui misi dakwahnya. Berbagai rintanganpun telah banyak dilalui oleh Muhammadiyah dalam rentang usia yang panjang itu. Namun harapan yang paling besar untuk tahun-tahun ke depan ialah bagaimana gar Muhammadiyah yang sama-sama kita cintai ini dapat terus tumbuh dan berkembang menjadi lebih maju sehingga dapat membangun masyarakat Islam yang sebenar-benarnya sebagaimana yang dicita-citakan. Dalam usia yang cukup panjang itu, Muhammadiyah memiliki tekad yang tinggi untuk menjadi ramatan lil alamin di muka bumi ini. Misi Muhammadiyah tersebut ditorehkan sebagai panggilan mulia untuk senantiasa mengikuti jejak Nabi Muhammadi saw. yang menjadi rujukan gerakan Muhammadiyah, sebagaimana firman Allah SWT. : "Dan tiadalah Kami mengutus engkau (muhammad) kecuali untuk (menjadi) rahmat bagi sekalian alam" (QS. Al-Anbiya' : 107). Di tengah memperingati Milad ke-92 ini, Muhammadiyah sungguh prihatin dengan kondisi bangsa saat ini. Selain krisis ekonomi dan politik yang belum kunjung reda, kita juga dihadapkan pada berbagai musibah seperti tabrakan kereta api yang beruntun dan banjir yang yang meluas di Jakarta serta sejumlah daerah. Musibah demi musibah tersebut tentu tidaklah berdiri sendiri dan terjadi secara tiba-tiba. Sebagai kaum beriman, setiap musibah tentu harus kita sikapi dengan sabar dan ikhtiar, seraya tawakal kepada Allah sesuai pesan agama kita "inna lillahi wa inna ilaihi raji'un" (QS. Al-Baqarah 155-156). Tetapi, musibah-musibah nasional tersebut tentu perlu manjadi bahan muhasabah atau perenungan dan intropeksi diri. siapa tahu telah banyak melalukan kelalaian, kekeliruan, dan kesalahan dalam mengolah kehidupan yang diamanatkan. Siapa tahu bahwa banyak kesalahan-kesalahan pemikiran, pendekatan, dan cara-cara dalam mengurus kepentingan-kepentingan bangsa dan tanah air tercinta ini, sehingga menimbulkan kerusakan demi kerusakan di berbagai lini kehidupan. Kita sebagai bangsa berkaca pada diri sendiri, banyak kemungkinan bahwa krisis dan musibah ini terkait dengan kesalahan-kesalahan fatal dalam mengurus kehidupan ini. Dalam hal ini selakuk bangsa yang beriman, perlu menghayati pesan allah dalam Al-Qur'an yang berbunyi : "Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian (akibat) perbuatan mereka, agar kembali (ke jalan yang benar)" (QS. Ar-Rum : 41). Dalam ayat lain Allah berfirman : "Dan jika kami hendak membinasakan suatu negeri, maka kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (supaya mentaati Allah), tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu, maka sudah sepantasnya berlaku terhadapnya perkataan (ketentuan Kami), kemudian Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya" (QS. Al-Isra 16). Namun sayang, banyak orang-orang yang melakukan kerusakan, seringkali tidak menyadarinya, bahkan mereka merasa sedang membangun sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur'an yang artinya : "Dan bila dikatakan kepada mereka, janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, mereka menjawab : sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan" (QS. Al-Baqarah 11). Kita juga petut prihatin, bahwa di tengah krisis yang melanda bangsa kita yang sudah berlangsung sekitar lima tahun ini, masih tampak lemahnya "sense of crisis", rasa prihatin berada dalam suasana krisis. Pola hidup mewah, tidak bersungguh-sungguh, kebiasaan bermain-main narkotika, ribut dalam urusan-urusan yang tidak perlu, sikap mementingkan diri dan kelompok sendiri, dan kesan tidak prihatin masih tampak dalam pemandangan sehari-hari baik dimasyarakat maupun para elit dan pengambilan kebijakan. Padahal, negeri ini laksana kapal yang tengah oleng, yang memerlukan i'tikad dan kesungguhan luar biasa dari seluruh komponen bangsa untuk menyelamatkannya. Kita juga prihatin dengan makin melemahnya kepercayaan dan keteladanan dari institusi-institusi dan tokoh-tokoh wibawa, sehingga umat dan masyarakat luas seakan kehilangan induk dan penunjuk jalan ke arah yang lebih mencerahkan. Krisis kepercayaan dan keteladanan itu bukanlah masalah sepele, karena akar dari runtuhnya bangunan masyarakat biasanya dimulai dari krisis akhlaq atau moral. Krisis akhlaq akan melahirkan prilaku-prilaku tidak amanah, dusta, batil, dan menyimpang atau menyeleweng. Tidak mekar lagi sikap sidiq, amanah, tabligh, dan fathonahyang menjadi bingkai dan corak perilaku dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Akibatnya, krisis demi krisis terus datang silih berganti, sehingga yang sudah terbangun dengan baikpun akan rusak kembali. Sebaik apapun tatanan yang dibangun, tetapi jika moral manusianya rusak atau lemah, maka akan runtuh pulalah sistem yang baik itu. Karena itu, bersamaan dengan milad Muhammadiyah ke-92 ini, Muhammadiyah melakukan panggilan moral untuk semua pihak termasuk warga dan pimpinan Muhammadiayh sendiri.
Marilah kita berdo'a kepada Allah, agar kita senantiasa diberikan anugerah keselamatan hidup di dunia dan akhirat, dimasukkan ke dalam syurga jannatun na'im dan dijauhkan dari siksa api neraka. Semoga Allah senantiasa melimpahkan ridha dan karunia-Nya kepada kita. Amin ya rabbal 'alamin. Nasrun minallah wa fathun qarib. |
Rabu, 17 Desember 2008
Langganan:
Postingan (Atom)