Senin, 08 September 2008

Silaturahim Pemanasan Capres Din Syamsuddin


Hari sudah pukul 10 malam, tetapi satu per satu tokoh terus datang ke sebuah rumah di gang buntu di Pejaten Elok, Warung Buncit, Jakarta Selatan. Di halaman rumah itu berdiri tenda putih yang terbentang hingga ke seberang jalan. Tuan rumahnya adalah Din Syamsuddin, orang kuat dan nomor satu Pimpinan Pusat Muhammadiyah.Di bawah tenda disusun sejumlah kursi. Sejumlah wartawan, elektronik dan cetak, melepas lelah dan berbincang sesamanya. Di dalam rumah, jamaah duduk beralaskan karpet. Di dekat pintu masuk dan melebar hingga memenuhi separuh dari ruang utama duduk jamaah pria.

Pada separuh lainnya duduk jamaah wanita, sebagian besar di antara mereka adalah para artis Pengajian Orbit. Hari itu, 31 Agustus 2008, Din berulang tahun ke-50.Dalam undangan yang disebarkan melalui surat menyurat singkat (SMS), Din mengundang koleganya untuk meringankan langkah ke rumahnya. Undangan disampaikan secara terbatas dan diingatkan untuk tidak membawa apa pun, termasuk karangan bunga.

Di dalam ruangan, tampak Akbar Tanjung, Harun Alrasyid (mantan pejabat Pemda DKI lalu menjadi gubernur NTB), pengamat politik dan aktivis Muhammadiyah, Bachtiar Effendi; Ketua Partai Matahari Bangsa (PMB), Imam Addaruqutni; lengkap dengan Sekjennya, Ahmad Rofiq. Sejumlah tokoh seperti Fuad Bawazier, Yuddy Chrisnandi, Rizal Sukma, Ketua MUI Amidhan, AM Fatwa, Ketua DPD Irman Gusman, dan Fachry Ali ikut pula hadir.

Anggota DPR Partai Golkar, Hajriyanto Y Thohari, bertindak sebagai pembawa acara. Dengan gayanya yang lepas dia membawa suasana ringan penuh canda. Dia kemudian meminta sejumlah tamu untuk memberi pesan dan kesan. Bahkan, jika perlu mengingatkan tuan rumah.Kesempatan pertama diberikan kepada politisi senior Akbar Tanjung. Akbar dengan pembawaannya yang khas, kalem, berbicara dengan pelan dari tempatnya bersila, tepat di samping Din.

Dia memulai dengan menyoroti masalah usia. Menurut dia, usia 50 tahun tidak muda lagi, jika dibandingkan dengan Barack Obama yang usianya 47 tahun, tetapi akan kelihatan jauh lebih muda jika dibandingkan dengan calon Presiden AS dari Partai Republik, John McCain, yang sudah 72 tahun.Terlepas dari itu, Akbar berharap Din terus memimpin Muhammadiyah untuk menjaga pluralisme. ''Kita butuh tokoh Islam yang mayoritas, tetapi mampu menjaga keharmonisan.''

Akbar juga tak lupa menyinggung bahwa Din pernah menjadi Ketua Litbang Golkar. ''Dulu dia di Golkar. Saya memperkirakan jika terus di Golkar akan menjadi salah seorang pemimpin. Tetapi, jabatan yang dipegangnya sekarang tidak kalah,'' kata Akbar. Menimbang kondisi itu, menurut Akbar, menjadi orang nomor dua di Indonesia bagi Din hanyalah masalah waktu.

Pandangan Akbar itu mempengaruhi pembicara berikutnya. Aroma politik terasa kental di dalam ruang yang penuh diisi jamaah. Artis Cici Tegal misalnya menyebut Din sebagai sosok pemimpin mumpuni. ''Jika Pak Din maju (menjadi capres) maka kami akan membantu, tetapi jika tidak maka kami juga akan ikhlas menerimanya.''Dukungan senada disampaikan pengamat politik Bachtiar Efendi. ''Apalagi, karena saya mau maju juga menjadi Ketum Muhammadiyah (menggantikan Din),'' seloroh Bachtiar menggoda Din. ant/uba

Tidak ada komentar: