Senin, 16 Juli 2007

HEMAT PAKAI BENIH DAN PUPUK
LIPATGANDAKAN PRODUKSI PADI


Suara Pembaharuan (14/03/2007, 13:26:30)


[JAKARTA] Penghematan pemakaian benih dan pupuk bisa melipatgandakan produksi padi. Tanah juga menjadi subur dan menghasilkan padi yang berkualitas bagus. Keuntungan petani dan produksi padi secara nasional pun akan meningkat, sehingga target peningkatan dua juta ton beras akan terlampaui.

Hal itu dikemukakan Menteri Pertanian Anton Apriyantono saat panen raya padi di Desa Blambangan, Kecamatan Bawang, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, Sabtu (10/3). Ikut memanen padi, antara lain Menteri Negara Pembangunan Daerah Tertinggal Saifullah Yusuf dan Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin.

Anton mengatakan, banyak pihak pesimistis terhadap upaya peningkatan produksi dua juta ton beras, antara lain mengaitkannya dengan iklim dan kemampuan pemerintah. Padahal, menurutnya, dengan upaya keras target itu bisa dicapai, antara lain dengan pembagian benih unggul bersertifikat, penyaluran pupuk tepat waktu, dan perbaikan saluran irigasi.

Namun, Anton menegaskan, yang paling utama adalah gerakan masyarakat dan dukungan langsung dari pejabat di daerah pada sektor pertanian. Pemerintah pusat mendukung berbagai upaya yang dilakukan oleh masyarakat, termasuk memberikan bantuan yang diperlukan untuk meningkatkan hasil pertanian.

"Di Banjarnegera, misalnya, tokoh-tokoh masyarakat dan organisasi kemasyarakatan seperti Muhammadiyah ikut turun tangan mendorong dan membantu petani. Bupatinya juga sangat peduli, sehingga hasilnya sangat dirasakan oleh petani dan masyarakat pedesaan. Untuk ini pemerintah tak akan segan-segan menyalurkan bantuan," tutur Anton.

Di Blambangan, katanya, pendidikan dan pelatihan implementasi teknologi pertanian oleh Majelis Pemberdayaan Masyarakat (MPM) Muhammadiyah telah berhasil menurunkan biaya produksi padi, meningkatkan hasil, memulihkan tingkat kesuburan tanah, dan menstandarkan harga sehingga petani dapat merasakan peningkatan pendapatan.

Ditentukan Tengkulak

Tokoh petani Blambangan, Rame Priyawan, memaparkan, petani selalu mengeluhkan harga pupuk dan obat pembasmi hama yang tinggi saat pemeliharaan atau pengolahan sawah. Pada saat panen, petani mengeluhkan harga jual gabah yang merosot, karena harga ditentukan oleh pembeli atau tengkulak. Saat membutuhkan sarana produksi pertanian (saprodi), harga ditentukan oleh penjual.

Rame mengatakan, MPM Muhammadiyah juga memberdayakan perilaku petani dalam penanganan benih, penggunaan pupuk, dan pemakian obat-obatan. Sebelumnya, selama bertahun-tahun petani sudah terbiasa memperlakukan tiga komponen itu di luar batas ketentuan, sehingga dibutuhkan ketekunan dan kesabaran yang tinggi untuk mengubah perilaku petani. [S-26/WMO]

Tidak ada komentar: