Senin, 16 Juli 2007


MUHAMMADIYAH RESMIKAN PUSDIKLAT PETANI




Ketua Majelis Pemberdayaan Masyarakat (MPM) PP Muhammadiyah Drs Said Tuhuleley mengemukakan hal tersebut kepada wartawan di Kantor PP Muhammadiyah Jl Cik Ditiro, Jumat sore (9/2). Hal tersebut dikemukakan terkait dengan peresmian Pusdiklat Petani MPM sekaligus panen perdana kentang di Pangalengan Kabupaten Bandung, Sabtu (10/2). Peresmian dilakukan Ketua Umum PP Muhammadiyah Prof Dr Din Syamsuddin bersama Dirjen Pendidikan Luar Sekolah (PLS) Depdiknas Dr Ace Suryadi.

Pusdiklat MPM Jawa Barat ini menjadi salah satu item dalam program pendampingan petani, merupakan Pusdiklat pertama yang dikembangkan Muhammadiyah. Diharapkan dalam waktu dekat, jelas Said, akan dibentuk beberapa Pusdiklat di pelbagai wilayah baik di Jawa maupun Luar Jawa.

“Akibat lanjutannya, petani termasuk di sini nelayan dan juga buruhnya menjadi amat sangat mengenaskan nasibnya,” tandas Said. Karena mereka hanya mendapat perhatian menjelang pemilihan umum semata. Namun nasib mereka tidak pernah diperhatikan apalagi diperbaiki setelah pemilihan umum berlalu. Bahkan kebijakan-kebijakan yang diambil para elite politik maupun elite birokrasi lebih sering memarjinalkan petani.

Dampak lanjutan yang kian memprihatinkan menurutnya ialah profesi petani ternyata sudah menjadi profesi tidak menarik lagi bagi orang muda. “Ironis, ternyata orang muda lebih memilih menjadi Pak Ogah di kota, daripada menjadi petani. Ini ‘kan perubahan sikap dan nilai yang sangat luar biasa,” kata Ketua MPM PP Muhammadiyah.

Fakta di lapangan inilah yang menjadikan MPM PP Muhammadiyah memandang perlu bersama seluruh komponen bangsa untuk menggairahkan kembali, sektor pertanian. Mengingat sektor pertanian masih diakui dan dicatat negara sebagai persentase terbesar angkatan kerja di Indonesia.

Setelah melakukan pendampingan petani dengan mengkampanyekan pertanian sehat dengan meminimalkan penggunaan pupuk kimiawi, mulai 2007 ini MPM PP Muhammadiyah juga akan melakukan pendampingan nelayan serta buruh. Selain melakukan kajian dan diskusi untuk memahami akar permasalahan sesungguhnya juga melakukan aktivitas langsung di masyarakat. “Pendekatan ini kami terapkan dalam mendampingi petani, buruh maupun nelayan,” katanya.

.

Tidak ada komentar: