Senin, 16 Juli 2007

MUHAMMADIYAH

HARI INI PANEN RAYA DI BANJARNEGARA

Bertani dengan Sistem ‘Rahm


kr.go.id~MENGAPA petani di Indonesia yang merupakan negeri agraris ini justru identik dengan kemiskinan? Pertanyaan yang membuat gundah dan terus berkecamuk di benak siapapun yang peduli petani dan pertanian. Peranyaan berikut, benarkah budidaya pertanian tidak menggunakan pengetahuan yang benar, sehingga petani tetap menjadi miskin?

Pertanyaan yang tidak kunjung terjawab dan fakta yang ada, membuat Majelis Pemberdayaan Masyarakat (MPM) PP Muhammadiyah mengkaji berkali-kali. Hasilnya, petani perlu diberdayakan. Maka selain memberi contoh, MPM PP Muhammadiyah pun melakukan pemberdayaan dalam 3 aspek dengan tetap menggunakan jaringan struktur Muhammadiyah.

Pertama, pemberdayaan organisasi dimana masyarakat petani diorganisir dalam jamaah petani yang dibentuk di tingkat ranting Muhammadiyah. “Kemudian pemberdayaan perilaku untuk mengubah perilaku petani yang cenderung destruktif dan un-technology menjadi konstruktif dan teknologis dalam mengolah tanah pertanian,” jelas Ketua MPM PP Muhammadiyah, Said Tuhuleley saat menjelaskan rencana panen raya di Banjarnegara yang akan dilaksanakan Sabtu (10/3) pagi ini. Menurut rencana, 2 menteri yakni Menteri Pertanian Anton Aprianto, Menteri Percepatan Daerah Tertinggal (PDT) Syaifullah Yusuf bersama Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin akan mengawali dengan pemotongan padi bersama persawahan warga di Desa Blambangan Kecamatan Bawang, Kabupaten Banjarnegara.

Bukan hanya itu. MPM juga melakukan pemberdayaan teknologi dengan menerapkan sistem pertanian rahmatan lil alamin yakni sistem ramah lingkungan (sistem organik murni) dengan menggunakan PLC Solid sebagai sarana utama. Mereka juga melibatkan kelompok perempuan tani yang merupakan warga Aisyiyah. Hasilnya?

Pemberdayaan yang dilakukan MPM PP Muhammadiyah ternyata mampu memberikan penghematan biaya produksi 30% - 70% untuk pelbagai jenis tanaman pertanian. Sementara hasil yang diperoleh, bisa meningkat sampai 250% bahkan 400%. “Ini karena obat-obatan dan pestisida ditekan mungkin. Penggunaan hanya bisa maksimal 50%. Mengingat masih sulit juga mengajak petani benar-benar tidak menggunakan pestisida,” jelas Said.

Menuju pertanian organik, adalah tujuan jangka panjang yang hendak dilakukan. Dan ini diakui MPM PP Muhammadiyah bukan hal mudah dilaksanakan. “Tetapi petani Banjarnegara yang kami bina sudah bertekad bisa menjadi contoh Indonesia go-organic 2010 yang dicanangkan Departemen Pertanian. Dan ini bisa menjadi entry-point penguatan masyarakat tani dan pertanian nasional,” jelas Ir Syafii Latuconsina, konsultan ahli untuk pendampingan petani.

Panen untuk menunjukkan kepada khalayak, betapa program pendampingan Muhammadiyah terhadap petani mampu memberikan secercah harapan akan hasilnya. Sehingga petani lain tidak perlu berkecil hati untuk mengikuti gerakan tersebut. Sekalipun Muhammadiyah belum melakukan pendampingan secara menyeluruh di negeri ini. Baru di Pandeglang Banten, Cianjur, Garut, Kabupaten Bandung, Kuningan, Tasikmalaya, Indramayu, Cirebon dan Subang di Jawa Barat. Sedang di Jawa Tengah pendampingan dilakukan di Cilacap, Banjarnegara dan Pemalang. Sementara di Jawa Timur MPM PP Muhammadiyah sudah menggerakkan jaringannya di Malangraya, Madiun. (Fsy)-s


Tidak ada komentar: