Senin, 28 Juli 2008

NGILMU IKU KALAKONE KANTHI LAKU


Menjernihkan Pemikiran Muhammadiyah 
Jum'at, 27/04/2007 



BENNI SETIAWAN, Praktisi Pendidikan di Jember 

Tidak terasa usia Muhammadiyah sudah 96 tahun.Tepatnya 8 Zulhijah 1426 H (8 Zulhijah 1330 H–8 Zulhijah 1426 H).Usia 96 tahun adalah usia senja. Artinya, Muhammadiyah sudah saatnya introspeksi diri dalam mengembangkan dan membangun dirinya menatap masa depan. 

Jika diibaratkan Muhammadiyah adalah manusia,usia 96 tahun tentunya sudah tutup tahun.Muhammadiyah seharusnya telah mati dan hanya dikenang oleh anak cucu.Akan tetapi, takdir berkehendak lain.Umur Muhammadiyah masih lama dan insya Allah akan tetap bertahan dalam 100 tahun bahkan 1000 tahun yang akan datang.Pertanyaan yang muncul adalah bagaimana cara atau strategi guna menjaga kebugaran Muhammadiyah agar tetap eksis? 

Tampaknya,di masa sekarang Muhammadiyah harus mampu memosisikan dirinya sebagai sebuah lembaga terbuka.Artinya,sebuah lembaga yang mau dan mampu menerima kritik dan saran,baik dalam diri Muhammadiyah atau orang lain.Dengan demikian, Muhammadiyah akan tetap diperhitungkan dan dianggap sebagai sebuah gerakan sosial keagamaan yang bersumber dari kekuatan masyarakat Indonesia. 

Akan tetapi,apa yang terjadi di Muhammadiyah? Muhammadiyah sekarang ini tak ubahnya seperti gajah gemuk.Muhammadiyah kehilangan elan vitalnya sebagai gerakan sosial keagamaan. Ambil contoh,masuknya ideologi lain dalam tubuh Muhammadiyah. Ironisnya, ideologi ini dibawa langsung oleh pimpinan Muhammadiyah sendiri. Artinya, ideologi tersebut sengaja ditancapkan dalam tubuh 

Muhammadiyah dan menjadi benalu di kemudian hari.Dia telah masuk secara rapi dalam tubuh organisasi yang di dirikan Ahmad Dahlan di Yogyakarta 96 tahun yang lalu. Maka,tidak aneh jika akhir-akhir ini ada suara yang mengatasnamakan Muhammadiyah menyerukan adanya daulah islamiyah (negara Islam), syariah Islam,dan seterusnya. Di pihak lain,semakin meredupnya suara-suara agenda pengentasan kemiskinan, pendampingan warga korban lumpur Lapindo Sidoarjo, penolakan penjarahan terbuka aset nasional di Freeport, Blok Cepu, dan ekspor pasir ke Singapura.

Pimpinan Muhammadiyah terlihat asyik masuk menikmati proyek dari pemerintah, yakni penanganan flu burung dan rehabilitasi korban bencana gempa. Tidak hanya itu, pergolakan pemikiran atas pemahaman teks keagamaan baru masih sulit diterima oleh warga Muhammadiyah. P

emikiran yang agak nyeneh dianggap menyebarkan aliran sesat. Karena itu,organisasi tersebut harus dienyahkan dari bumi Muhammadiyah. Jaringan Intelektual Muda Muhammadiyah (JIMM) misalnya,harus mau menerima perlakukan “kasar”dari warga Muhammadiyah sendiri. 

Kemudian, kasus dikeluarkannya Dawam Rahardjo dan dipecatnya Muh Shofwan dari staf pengajar Universitas Muhammadiyah Gresik,karena menulis artikel ucapan selamat Natal beberapa waktu yang lalu. Contoh lain,ketika JIMM melakukan workshop di Kota Bengawan Solo awal 2005 yang lalu.Workshop tersebut harus dibubarkan oleh Komando Kesiapsiagaan dan Keamanan Muhammadiyah (Kokam) dan Pimpinan Cabang setempat. 

Di lain pihak, Muhammadiyah dengan bangga mengelus dan mengeluelukan gerakan ”pembusukan”di dalam tubuh perserikatan dengan amal usaha terbesar di dunia ini.Mereka malah membenarkan kalau tidak mau disebut mengklaim sebagai gerakan Muhammadiyah, Ahmad Dahlan meminjam istilah Munir Mulkhan dalam penelitiannya. 

Mereka mengesampingkan gerakan-gerakan pemikiran yang aneh,tanpa berpikir bahwa Ahmad Dahlan dahulu adalah orang yang suka aneh-aneh dengan menafsirkan Surat Al Maun menjadi sekolah modern,rumah sakit dan panti jompo. Keadaan seperti di atas sungguh memprihatinkan,apabila dibiarkan begitu saja,tentunya Muhammadiyah tidak akan bertahan lama. 

Ke depan, Muhammadiyah setidaknya dapat mengakomodir seluruh elemen yang ada dalam tubuh perserikatan terbesar kedua setelah NU tersebut. Beberapa hal yang sekiranya dapat dilakukan oleh Muhammadiyah dalam menghadapi problem masyarakat yang semakin kompleks ini adalah sebagai berikut. 

Pertama,Muhammadiyah harus terbuka terhadap kritikan,masukan dan saran yang membangun, baik dari dalam maupun dari luar.Dengan demikian,Muhammadiyah akan memantapkan dirinya sebagai gerakan amar ma’ruf nahi munkaryang inklusif. Keinklusifan Muhammadiyah ini tentunya akan sangat membantu dalam dinamika dan perkembangan perserikatan yang telah mempunyai ranting yang tidak kurang dari 3000 buah. 

Kedua, Muhammadiyah harus mau menerima dinamika pemikiran dalam tubuh Muhammadiyah.Tentu kita masih ingat wejangan KH Dahlan, ’’Muhammadiyah sekarang tentunya sangat berbeda dengan Muhammadiyah di masa yang akan datang.Maka,jadilah insinyur, kembalilah kepada Muhammadiyah; jadilah dokter,kembali kepada Muhammadiyah; dan seterusnya.’’ 

Sinyalemen yang dikumandangkan oleh Kiai Dahlan ini menunjukkan bahwa dinamika pemikiran di dalam tubuh Muhammadiyah harus tetap terjaga dan selalu menemukan hal baru.Tanpa adanya pembaruan (gerakan tajdid),Muhammadiyah akan tetap terpuruk dan ketinggalan zaman. 

Ketiga, guna menjernihkan Muhammadiyah dari gejala pembusukan ideologi lain, pemurnian ajaran Muhammadiyah dan penyatuan visi dan misi Muhammadiyah harus segera diagendakan. Pilihan Muhammadiyah untuk terjun pada wilayah politik praktis sebagaimana saudara tua (NU), atau hanya ditunggangi oleh kepentingan politik yang menyeret Muhammadiyah dalam kesesatan,tentunya menjadi pilihan. 

Wilayah abu-abu Muhammadiyah sudah saatnya diagendakan menjadi sebuah gerakan nyata.Artinya,guna membersihkan Muhammadiyah dari pembusukan ideologi dan kepentingankepentingan yang mengganggu, Muhammadiyah harus segera sadar dan melakukan amputasi massal (cut generation). 
Semoga,dengan adanya Tanwir kali ini,pimpinan Muhammadiyah dapat menghasilkan agenda besar penyelamatan.Hal yang pada akhirnya dapat dijadikan pedoman bagi warga Muhammadiyah dalam melakukan dan mengemban amanah kemanusiaan.(*) 
Diposting oleh Benni Setiawan di 04:28 
0 komentar: 

Tidak ada komentar: