Kamis, 13 Maret 2008

Bangga Menjadi Orang Muhammadiyah

Selama bertugas keliling untuk meninjau pelaksanaan KKN dari kampus di daerah-daerah, penulis sering menemukan pengalaman yang mengharukan. Warga desa dan perangkat desa yang semula tidak mengenal Muhammadiyah, setelah melihat sendiri bagaimana para mahasiswa dengan tulus ikut memajukan desanya kemudian, menyatakan kagum dengan Muhammadiyah. Mereka mengakui kalau Muhammadiyah ternyata mampu memecahkan banyak persoalan di desanya. Banyak warga desa atau perangkat desa yang sebelumnya kurang suka atau malah curiga kepada Muhammadiyah, begitu melihat sikap dan perilaku para mahasiswa dari PTM mereka pun mendapat kesan yang positif. Mereka yang simpati dengan kegiatan Muhammadiyah ini kemudian menjadi pendukung yang aktif.
Kehadiran para mahasiswa KKN di desa-desa di Jawa Te­ngah dan DIY menjadi salah satu upaya untuk membuktikan bahwa, Muhamamdiyah adalah gerakan amal kebajikan dan ge­rakan ilmu sekaligus. Ini dapat berhasil tentu karena kerjasama banyak pihak. Pimpinan Muhammadiyah, dari tingkat Daerah sampai Ranting yang lokasinya ditempati oleh para mahasiswa sudah melakukan koordinasi. Untuk memudahkan gerak langkah mahasiswa, sebelum mereka terjun terlebih dahulu di­beri bekal tentang kondisi masyarakat dan desa yang akan di­tempati. Kondisi Muhammadiyah setempat dan tantangan yang ada di sana juga disampaikan sebagai bekal. Dengan demikian ketika mereka berada dan memulai kegiatannya, relatif sudah nyambung.
Setelah mendapat sambutan yang hangat dan kerjasama yang baik di desa-desa, pelan-pelan di dada para mahasiswa pun juga tumbuh semangat dan kebanggaan menjadi bagian dari Muhammadiyah. Jadi, kegiatan masuk dan mengabdi di desa ini ternyata memiliki dua dampak positif yang hadir bersamaan. Pertama, timbulnya kesan positif dan mun­culnya kebanggan karena, menjadi bagian dari kegiatan Mu­hammadiyah di kalangan warga desa, perangkat desa dan kader Mu­hammadiyah di lokasi. Kedua, timbulnya gejala yang sama di kalangan mahasiswa itu sendiri.
Tentu saja kebanggaan menjadi bagian dari Muhammadiyah seperti ini sangat bernilai dan sangat strategis bagi masa depan Muhammadiyah sendiri. Sebab dengan masih suburnya ke­banggaan menjadi bagian dari Muhammadiyah akan menye­babkan Muhammadiyah mudah dan terus mendapat dukungan. Mereka yang memiliki kebanggaan seperti itu dengan serta merta dan secara ikhlas akan mau dan bersedia untuk ikut berjuang memajukan Muhammadiyah dan mempertahan­kan Muhammadiyah. Di manapun dia berada, dia akan selalu siap berbuat untuk Muhammadiyah.
Dengan demikian, kebanggaan menjadi bagian dari Muhammadiyah ini perlu senantiasa dipelihara. Kita semua yang telah lama aktif di Muhammadiyah sejak muda tidak boleh kalah dengan warga desa, perangkat desa atau para mahasiswa itu. Semangat juang dan kesetiaan kita kepada Muhammadiyah tidak boleh dikalahkan, apalagi dinodai oleh kepentingan temporer. Ini penting dan perlu penulis ungkap, sebab akhir-akhir ini muncul gejala lunturnya kebanggaan menjadi bagian dari Muham­madiyah. Ini juga menyebabkan lunturnya semangat dan kesetiaan mereka kepada Muhammadiyah. Mereka malah sering bangga menjadi bagian dari organisasi lain, bangga memegang teguh ideologi lain dan lebih setia kepada yang lain ketimbang kepada Muhammadiyah. Mereka malah mengkampanyekan hal-hal yang bukan Muhammadiyah di tengah-tengah warga Muhammadiyah. Padahal hidup mereka sehari-hari dijamin oleh Muhammadiyah, mereka bekerja di kalangan Muhammadiyah dan kelihatan aktif atau malah dipercaya menjadi pimpinan Persyarikatan. Apa yang mereka lakukan itu sungguh tidak bermoral.
Mereka yang luntur kebanggaan dan kesetiaannya kepada Muhamamdiyah ini perlu diingatkan kembali dan diajak untuk mempersegar kebanggaan dan kesetiaannya kepada Muhammadiyah. Seharusnya mereka malu kepada warga desa, perangkat desa dan kepada para mahasiswa yang baru saja mendapat kesempatan mengenal Muhammadiyah sudah bisa memiliki kebanggaan dan kesetiaan kepada Muhammadiyah. Seharusnya mereka juga mau belajar dari keikhlasan dan ketulusan dari warga desa, perangkat desa dan mahasiswa itu.
Memang benar pesan K.H.A. Dahlan, bahwa, kita tidak diperbolehkan menduakan Muhamamdiyah dengan yang lain. Benar juga K.H. AR. Fakhrudin yang sering mengulang-ulang pesannya,” Berjuang di Muhammadiyah itu harus ikhlas.”

Dekan FKIP Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta.

Tidak ada komentar: