Kamis, 13 Maret 2008

SEKOLAH MUHAMMADIYAH PERLU KEMBALI KE KHITTAH


Pendidikan di Muhamadiyah memerlukan masukan dan pemikiran ulang. Bahkan, beberapa hal perlu ditinjau ulang. Ini perlu dilakukan demi kemajuan pendidikan di Muhammadiyah itu sendiri. Mengapa pendidikan di Muhammadiyah harus makin maju dan berubah? Karena, pertama secara makro, terdapat kecenderungan perkembangan pendidikan yang di negeri ini begitu syarat beban. Beban pertama adalah, masyarakat bersifat praktis atau pragmatis dalam menempatkan dunia pendidikan. Pendidikan hanya menjadi sarana untuk memudahkan orang bekerja. Padahal dalam saat yang sama, pendidikan merupakan bagian dari strategi kebudayaan, yaitu, untuk menciptakan peradaban. Muhammadiyah punya perhatian yang sangat tinggi pada pendidikan merasakan betul beban-beban ini.
Kedua, adanya pengaruh ekonomi atau liberalisme global yang begitu kuat di bidang pendidikan sekarang ini. Ini kecenderungan yang juga perlu dicermati. Semua pendidikan, kecuali yang dikelola pemerintah, bergerak seperti mengejar setoran saja. Mengejar profit. Jika tidak dikelola dengan bagus, maka menjadi beban tersendiri dalam dunia pendidikan. Ke depan kita bisa semakin mengalami penurunan kualitas. Padahal sekarang kita merasa kalau dunia pendidikan kita tengah mengalami persaingan yang keras. Maka tidak ada jalan lain jika ingin bertahan harus ada keberanian untuk melakukan pilihan radikal dalam dunia pendidikan.
Ketiga, ada persoalan besar bangsa kita, ada demoralisasi menyangkut karakter bangsa. Menyangkut standar nilai dalam berperilaku, Ketika kita berbicara bagaimana standart nilai seseorang berperilaku dalam keseharian, ini menjadi mendesak untuk dibincangkan. Di negara mana pun, selalu dipertanyakan sejauh mana dunia pendidikan memberi sumbangan untuk membentuk nilai-nilai tadi.
Kita paham gelombang demo guru di Jakarta untuk menuntut hak. Tetapi, apakah akan begitu terus cara guru dalam berekspresi? Seakan tidak ada bedanya antara guru dengan masyarakat lain. Seperti tidak ada cara lain untuk mengartikulasikan suara.
Muhammadiyah mencoba bangkit dari keadaan ini. Kami mencoba mencari alternatif. Maka ada fenomena bahwa, sekolah Muhammadiyah maju pesat, menjadi sekolah unggulan yang dicari orang, muridnya melimpah dan kesejahteraan guru terjamin. Tetapi ada pula fenomena kedua bahwa Sekolah Muhammadiyah ada yang kembang-kempis dan akhirnya mati. Ini SOS. Sekolah Muhammadiyah dalam bahaya. Kalau tidak mampu bersaing akan bubar. Dan ini bukan masalah main-main. Harus kita hadapi dengan serius. Ketika dulu ada booming membuat sekolah dengan fasilitas bagus, tetapi kalau sekolah bergedung bagus tidak dikelola dengan bagus dengan guru berkualitas dan sejahtera akan tidak ada siswanya. Akhirnya, sekolah bergedung bagus akan mati juga.
Hanya saja ada kenyataan yang menarik untuk dikaji serius. Ada sekolah muhammadiyah gulung tikar, tetapi di sampingnya ada sekolah yang berdiri dengan pola-pola mirip sekolah Muhammadiyah dan berkembang bagus. Pertanyaannya, ada apa dengan sekolah Muhammadiyah?
Untuk ini sekolah Muhammadiyah perlu kembali ke khittah. Ketika zaman peralihan abad 19 ke 20, maka lahirlah sekolah Muhammadiyah sebagai sekolah alternatif. Tetapi sekarang tidak. Dalam perjalanannya, sekolah Muhamadiyah tumbuh menjadi lain dan menjauhi khittahnya. Maka dari itu, kita mencoba untuk memulai agar sekolah Muhammadiyah kembali menjadi sekolah alternatif. Maka mari kita bangkit dan mari kita memulai un-tuk itu. Lima tahun ke depan, kita harus melihat hasilnya.l HNs/t

Tidak ada komentar: