Selasa, 22 Mei 2007

Ketua Muhammadiyah Jadi ‘’Think Tank‘’ Islam di Inggris

London--RoL-- Ketua Umum PP Muhamadiyah Din Syamsuddin menjadi salah satu tokoh pemikir atau think tank dalam acara diskusi meja bundar ( round table discussion ) yang bertemakan ?The Struggle for Unity and Authority in Islam Reviving the Caliphate yang berlangsung selama dua hari 3-5 Mei bertempat di Wilton Park Steyning, West Sussex, Inggris.

Diskusi meja bundar yang diikuti 30 peserta dari berbagai negara seperti Inggris, Amerika Serikat , Saudi Arabia, Perancis, Nigeria, Irak itu digelar Wilton Park Conference yang merupakan lembaga think tank Inggris bekerja sama dengan Centre for Naval Analyses, Vrginia AS. "Saya tadi berbicara mengenai perspektif Islam tentang Khilafah "Perspectives on the Caliphate Today," sistem kekuasaan pemerintah Islam sebagai satu alternatif yang tengah berkembang," ujar Din Syamsuddin kepada ANTARA London, kamis malam melalui telepon dari tempat konperensi.

Dikatakannya, diskusi meja bundar itu mengangkat tema aktual dalam wacana global serta juga isu yang berkembang dalam kelompok Islam tertentu. Masyarakat internasional, khususnya di Dunia Barat, ingin sekali mengetahui tentang lembaga kepemimpinan politik Islam sehubungan dengan maraknya wacana dan ide perlunya khilafah di era moderen dewasa ini, ujarnya.

Dalam diskusi meja bundar itu juga tampil sebagai pembicara Abdelwahab El Affendi , peneliti senior Pusat studi Demokrasi di Universitas Wesminster, yang menulis buku "Who needs an islam State," London. Wilton Park Conperence merupakan lembaga pemikiran yang pertama kali diperkenalkan oleh Winston Churchill 60 tahun lalu itu aktif menyelenggarakan berbagai forum dalam membangun demokrasi dan dialog internasional dan rekonsilasi paska konflik.

Didaerah pedesaan yang dikelilingi dengan pemandangan yang indah dengan bangunan gedung tua yang telah dimodernisasi , setiap konperensi yang diadakan dibatasi antara 50 sampai 70 peserta dengan tujuan para peserta aktif dalam diskusi. Menurut Din Syamsuddin, kehadirannya memang tidak ada kaitannya dengan Forum Indonesia-UK Islamic Advisory Group yang dibentuk antara pemerintah Indonesia dan Inggris dimana ia menjadi salah satu anggotanya.

Akan tetapi ia resmi datang sebagai ketua umum dari organisasi kemasyarakat Islam di Indonesia dan juga sebagai guru besar Universitas Islam Negeri Jakarta. Berbicara tentang Islam di Inggris, guru besar UIN Jakarta mengakui bahwa perkembangan Islam di Britania Raya sangat pesat banyak kreativitas yang muncul seperti adanya Bank Islam, lembaga sosial dan kemasyarakatan Islam dan juga mulai adanya pejabat yang beragama Islam didalam pemerintahan.

"Perkembangan Islam di Inggris ini akan menjadi model bagi negara negara di Eropa," ujar Din Syamsuddin lagi menambahkan bahwa Islam bisa menjadi jembatan dalam prkembangan peradaban di Barat. Diakuinya sayangnya Islam di Inggris masih sulit dilepaskan dari identitas masing masing- negara yang membawanya dan bahkan warna Islam yang konservatif dinilai tidak sejalan dengan peradaban Barat.

Diharapkannya , Indonesia dengan penduduk Islam terbesar di dunia bisa menjadi jembatan , apalagi dengan dibentuknya Forum Indonesia-UK Advisory Group oleh pemerintah kedua negara hasil dari kunjungan PM Tony Blair saat bertemu dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tahun 2006 . Antara/yto




-->

Tidak ada komentar: