Selasa, 22 Mei 2007

Masa Depan Pendidikan Muhaimnadiyah
Print E-mail
Senin, 20 Pebruari 2006
Oleh: Lilik Raharjo

"Adalah kata-kata
Yang memberi bentuk pada suatu yang masuk, dan keluar dari diri kita.
Adalah kata-kata yang menjadi jembatan untuk menyeberang ke tempat lain
Ketika kita diam, kita akan tetap sendirian.
Berbicara, kita mengobati rasa sakit.
Berbicara kita membangun persahabatan dengan yang lain.
Para penguasa menggunakan kata-kata untuk menata imperium diam.
Kita menggunakan kata-kata untuk memperbaharui diri kita...
Inilah senjata kita saudara-saudaraku."
(Subcomandante Marcos, 12 Oktober 1995)

Awal didirikannya amal usaha pendidikan oleh KH. Ahmad Dahlan adalah untuk membantu para kaum miskin yang tidak mampu sekolah. Bermula dari penafsiran Al-Maun yang kemudian dikenal sebagai teologi Al-Maun, KH. Ahmad Dahlan mendirikan sekolah agama modern pertama untuk rakyat miskin. Bahkan KH. Ahmad Dahlan mendirikan sekolah tersebut bukan hanya untuk kaum miskin, namun lintas kelas dan lintas gender. Hingga akhirnya sampai saat ini, Muhammadiyah merupakan NGO yang paling tua dan paling awal mendirikan sekolah. Muhammadiyah menjadi NGO yang terbesar di Indonesia, bahkan di dunia, yang memiliki lembaga pendidikan mulai dari TK sampai Perguruan Tinggi (PT)

Kehebatan Muhammadiyah dalam mengelola lembaga pendidikannya memang sudah tidak diragukan lagi, bahkan diantara sekolah-sekolah dan perguruan tinggi swasta yang lain, Muhammadiyah menempati urutan pertama dalam kepercayaan masyarakat saat memilih sekolah atau PT bagi anaknya.

Menurut Prof. Dr. A. Munir Mulkhan, saat menyampaikan materinya pada Seminar Pendidikan Nasional tersebut, gagasan utama pendidikan Muhammadiyah tercermin dalam konsep guru keliling dan guru desa yang muncul sebelum Muhammadiyah meresmikan diri. Saat itu, Muhammadiyah telah mengembangkan praktik pendidikan bagi kaum perempuan disaat gerakan feminisme belum menjadi wacana di Eropa. Bahkan pada tahun 1921, Muhammadiyah mengusulkan rancangan program pendidikan dalam Kongres Islam Cirebon yang didalamnya memuat berbagai gagasan dasar pembelajaran dan pendidikan guru.

Dalam perkembangannya, lembaga pendidikan Muhammadiyah mengalami berbagai macam hal yang membuat pasang surut. Namun kesemuanya itu tidak hanya terjadi karena rendahnya kualitas dan rendahnya manajeman sekolah atau perguruan tinggi tersebut, melainkan banyak faktor yang menyebabkannya.

Sampai sekarang ini, pendidikan Muhammadiyah belum memiliki pedoman atau sistem secara konseptual. Yang ada hanyalah sebuah kepanjangtanganan regulasi pemerintah dalam bidang pendidikan. Sehingga model pendidikan Muhammadiyah tidak mempunyai ciri khas tersendiri dibandingkan dengan sekolah-sekolah umum.

Artinya sekolah Muhammadiyah pun tidak pernah menjadi solusi alternatif bagi rakyat miskin untuk bersekolah ketika biaya sekolah semakin menjulang tinggi.

Karena itu, sekiranya Muhammadiyah perlu merumuskan sistem pendidikan tersendiri untuk pendidikan Muhammadiyah yang nantinya menjadi acuan pola penyelenggaraan pendidikan Muhammadiyah. Selanjutnva adalah mengembalikan fungsi dan peran pendidikan Muhammadiyah sebagaimana yang pertama kali digagas oleh KH. Ahmad Dahlan, yakni menjadikan pendidikan Muhammadiyah sebagai "Penolong Kesengsaraan Oemoem" ditengah himpitan biaya pendidikan yang semakin mahal.

Sudah sewajarnya dan selayaknya pendidikan Muhammadiyah menjadi solusi alternatif untuk mengurangi angka putus sekolah. Jika dahulu Muhammadiyah dikenal sebagai pelopor pendidikan yang menjadi motor penggeraknya, maka sekarang Muhammadiyah harus berperan lebih dari pada itu, yakni Muhammadiyah kembali tampil sebagai aktor utama pemberantasan anak putus sekolah dan menjadi aktor yang mencerdaskan kehidupan bangsa

.

Pembenahan Kualitas Pendidikan Muhammadiyah

Sekolah (pendidikan) Muhammadiyah, sejak didirikan tahun 1912 hingga saat ini, berasal dari komunitas basis atau kesadaran pribadi warganya. Gagasan genial KH. Ahmad Dahlan sampai saat ini dirasa masih tetap relevan dan signifikan bagi perkembangan pendidikan pada masa sekarang. Gagasan tersebut yang kemudian menjadi ruh dan kekuatan penggerak pendidikan Muhammadiyah. Namun ide besar KH. Ahmad Dahlan tersebut kurang begitu dipahami dan dikaji oleh para aktivis dan praktisi pendidikan Muhammadiyah. Sehingga pendidikan Muhammadiyah saat ini banyak dikatakan sudah menjauhi apa yang telah digagas oleh KH. Ahmad Dahlan. Yang ada pendidikan Muhammadiyah menjadi kepanjangantanganan regulasi pemerintah.

Dengan modal kepercayaan dari masyarakat terhadap amal usaha pendidikan dan kesehatan Muhammadiyah, pendidikan Muhammadiyah harus dikelola secara profesional dan progresional dan tidak bisa lagi dikelola secara ala kadarnya dan hanya menjadi kegiatan sampingan.

Jika kita lihat perkembangan sekolah Muhammadiyah, sebenarnya kita harus merasa prihatin. Data menunjukkan bahwa sekolah Muhammadiyah harus segera dibenahi sedini mungkin. Dr. Qomari Anwar, MA dalam Seminar Nasional Pendidikan tersebut memaparkan peringkat sekolah Muhammadiyah (Khusus untuk DKI). Pada jurusan IPA, sekolah Muhammadiyah yang pertama (SMAM 16) menempati urutan ke 117 dan 381 sdcolah (negeri dan swasta). Pada jurusan Bahasa, tak satupun sekolah Muhammadiyah menempati urutan dari 24 sekolah yang mempunyai jurusan Bahasa. Pada jurusan IPS, dan 446 sekolah yang mempunyai jurusan IPS, sekolah Muhammadiyah pertama (SMAM 16) hanya menempati urutan ke 91.

Ini menandakan bahwa sekolah Muhammadiyah belum memiliki kualitas yang cukup dibandingkan sekolah-sekolah yang lain (negeri dan swasta). Lalu bagaimana dengan nasib sekolah-sekolah Muhammadiyah yang berada di daereh-daerah (terpencil)? Bagaimana peran struktur Muhammadiyah setempat? Apakah hanya diam saja dan hanya diserahkan pada pihak sekolah? Inilah yang seharusnya persoalan yang harus segera dijawab agar sekolah Muhammadiyah tidak gulung tikar -- sebagaimana yang banyak terjadi beberapa daerah.

Fungsi pendidikan dalam Muhammadiyah, sebagaimana diungkapkan oleh Dr. Qomari Anwar, MA, yakni; pertama sebagai ibadah dan sarana dakwah Muhammadiyah amar ma 'ruf nahyi munkar. Kedua sebagai proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat. Ketiga, sebagai upaya mencerdaskan bangsa. Dan yang terakhir dan cukup penting kiranya adalah sebagai sarana kaderisasi Muhammadiyah sendiri. Dengan berlandaskan keempat hal tersebut, maka Mahammadiyah perlu segera melakukan pembenahan internal pendidikan Muhammadiyah untuk melakukan evaluasi terhadap mutu sekolah Muhammadiyah.

Selanjutnya adalah upaya peningkatan mutu pendidikan Muhammadiyah. Dalam upaya meningkatkan kualitas atau mutu pendidikan Muhammadiyah, ada beberapa langkah yang mungkin patut untuk diperhatikan. Pertama, pembenahan sumber daya manusia (Kepala sekolah-guru-murid), yang salah satunya dengan meningkatkan profesionalitas dan kesejahteraan kepala sekolah dan guru, serta memposisikan peserta didik sebagai subjek aktif dalam proses belajar-mengajar. Kedua, kurikulum. Muhammadiyah perlu membuat kurikulum tersendiri. Mengapa harus berbeda dengan kurikulum pendidikan nasional? Muhammadiyah merupakan sebuah otganisasi yang mempunyai lembaga pendidikan paling banyak dan paling lengkap dibandingkan dengan yang lain. Dengan demikian, Muhammadiyah harus mulai "menyapih diri" dari pemerintah berkaitan dengan kurikulum. Karena pendidikan Muhammadiyah juga merupakan pendidikan kekaderan bagi keberlangsungan Muhammadiyah kedepan. Ketiga, pembenahan dan pangadaan sarana-prasarana, seperti gedung yang representarif, laboratorium yang memadahi, perpustakaan yang mempunyai koleksi lengkap, meja-kursi, dan lain sebagainya. Dengan sarana-prasarana yang memadahi dan lengkap, tentunya akan menujuang proses pembelajaran sehingga menghasilkan kualitas yang baik pula. Namun perlu diingat jangan sampai dengan dalih pengadaan sarana-prasarana, lembaga pendidikan Muhammadiyah memasang "bandrol" mahal bagi siswa atau peseta didik baru yang hendak sekolah atau menempuh pendidikan di lembaga tersebut. Keempat, perbaikan manajeman sekolah. Manajemen sekolah disini tidak hanya pada agenda administratif saja, namun peraturan sistem penyelenggaraan sekolah (pendidikan) Muhammadiyah. Yakni tidak terus langsung mengadopsi konsep MBS (Manajemen Berbasis Sekolah) milik pemerintah begitu saja, namun sekolah Muhammadiyah harus mempertimbangkan aspek kelokalan (local wisdom). Karena itu, Muhammadiyah -

melalui Majelis Dikdasmen dan Diktilitbang- perlu membuat panduan teknis pelaksanaan manajemen sekolah Muhammadiyah secara konseptual.

Dengan demikian, Muhammadiyah harus terus melakukan pembenahan di semua sector tidak hanya pendidikan saja. Dengan pembenahan internal dan eksternal Muhammadiyah, Insya Allah cita-cita untuk mewujudkan baldatun thayyibatun warrabun ghafur akan lebih mudah tercapai.

Namun, yang perlu diingat oleh kita semua, khususnya aktivis dan praktisi pendidikan Muhammadiyah, adalah menjadikan sekolah Muhammadiyah kembali menjadi "Penolong Kesengsaraan Oemoem" sebagaimana yang digagas oleh KH. Ahmad Dahlan. Sudah banyak saran dan kritik dari berbagai pihak terhadap pendidikan Muhammadiyah, apakah kita hanya akan diam saja melihat fenomena ini? Jangan sampai pendidikan Muhammadiyah justru menjadi penyebab naiknya angka putus sekolah karena mahalnya pendidikan Muhammadiyah.

Dalam segi mutu atau kualitas pendidikan Muhammadiyah, hal ini menjadi tanggung jawab kita semua sebagai warga persyarikatan. Maju dan tidaknya pendidikan Muhammadiyah adalah ditangan kita semua. Semoga sekolah Muhammadiyah mampu menjawab tantangan zaman yang terus berubah. Amien.

Tidak ada komentar: