Selasa, 22 Mei 2007

TIDAK PANIK, SBY UMUMKAN KEKUATAN GEMPA
; Muhammadiyah, Sedikit Bicara Banyak Kerja Halaman untuk diprint Beritahu teman

YOGYA (KR) - Sidang Tanwir Muhammadiyah diharapkan dapat melahirkan pemikiran dan gagasan segar untuk memecahkan masalah umat Islam dan Bangsa Indonesia. Mengingat di samping melakukan gerakan keagamaan, Muhammadiyah juga merupakan gerakan sosial ekonomi dan tanggap dengan segala permasalahan.

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengemukakan hal tersebut dalam amanat pembukaan Sidang Tanwir I Muhammadiyah 2007, Kamis di Borobudur Room, Inna Garuda Hotel, Kamis (26/4). Pembukaan Tanwir juga dihadiri Gubernur DIY Sri Sultan HB X, Menhub Hatta Radjasa, Menseskab Sudi Silalahi, Menkes Fadhilah Supari, Ketua Komisi Yudisial Busyro Muqoddas, Mendiknas Bambang Soedibjo.

Meski diwarnai dengan guncangan gempa yang menurut laporan BMG berkekuatan 5,2 SR, namun tidak ada kepanikan di arena sidang tanwir. Presiden SBY bahkan mengawali pidato dengan mengatakan: “Terimakasih atas khutbah Prof Din yang kritis. Juga ketika Ketua Umum PP Muhammadiyah menyampaikan pidato ada gempa dengan kekuatan 4,1, pusat gempa ada di Selatan Bantul, 34 Km. Sejauh ini tidak ada kerusakan. Semoga ini pertanda ridla Allah dengan niat baik Muhammadiyah untuk membangun bangsa dan negara”. Gempa tersebut terjadi tepat ketika Ketua Umum Din Syamsuddin sedang membacakan iftitah dan mengatakan: “... memang kita harus menyadari bahwa bencana alam yang menimpa bangsa ini adalah musibah yang mengandung ujian dan cobaan....”

Presiden SBY juga mengungkap hormat pada seluruh jajaran Muhammadiyah. Ini menurutnya perlu dilakukan, mengingat betapa besar pengabdian ulama, sesepuh Muhammadiyah dalam meneruskan tugas dalam membina amal usaha Muhammadiyah. Sesungguhnya, keikhlasan dan pengabdian tanpa batas ini yang membuat Persyarikatan terus berkem bang, ikhlas dan amanah adalah merupakan tuntunan Agama Islam.

Mengutip kalimat Bung Karno menurut SBY, Muhammadiyah itu sedikit bicara banyak kerja. “Saya ingin berpesan pada saudara-saudara, supaya berpegang pada motto itu. Ini yang menyebabkan Muhammadiyah menjadi besar,” katanya masih mengutip Bung Karno. Sejalan dengan motto itu menurutnya, dakwah bil hal berkembang, amal usaha Muhammadiyah tersebar di seluruh pelosok tanah air. Rumah sakit berkembang di mana-mana, lembaga pendidikan tidak sedikit jumlahnya meski memang harus diperjuangkan agar sekolah Muhammadiyah menjadi unggul dan lainnya.

Masih Panjang

Ketua Umum PP Muhammadiyah Prof Dr Din Syamsuddin dalam pidato iftitah mengingatkan, bahwa warga Muhammadiyah dan umat Islam umumnya perlu menyadari bahwa perjuangan dakwah masih panjang. Masih banyak belum usai. Banyak tantangan yang menghadang namun kita tidak boleh berpantang. “Sebagai gerakan Islam tertua di Indonesia, Muhammadiyah harus menunaikan tanggung jawab itu paling pertama. Penunaian tanggung jawab itu adalah refleksi keimanan sekaligus komitmen kebangsaan,” katanya.

Bangsa Indonesia memerlukan keseimbangan baru dalam gerak peradaban dan ketersediaan landasan budaya jitu bagi proses perubahan. Politik sebagai manajemen nasional dalam mengendalikan perubahan menurut Din perlu diarahkan pada pencapaian cita-cita kolektif bangsa. “Karena itu perlu ada strategi bersama pelbagai elemen bangsa yang kemudian dijalankan dengan menggalang segala potensi yang ada dalam masyarakat,” katanya.

Sebagai wujud komitmen kebangsaan, menjelang masuk ke abad kedua kehadirannya, Muhammadiyah ingin meningkatkan peran pencerahan terhadap kehidupan bangsa. Karenanya, Muhammadiyah perlu melakukan konsolidasi baik wawasan maupun organisasi dan usaha. “Ketiga faktor ini merupakan kekuatan gerak Muhammadiyah sejak awal kehadirannya,” tambah Din Syamsuddin. (Fsy)-z.

Tidak ada komentar: