Selasa, 22 Mei 2007

Tafsir Baru Pesan Kiai Dahlan Print E-mail
Minggu, 02 April 2006
IWAN SETIAWAN

“Hidup-hidupilah Muhammadiyah dan jangan mencari hidup di Muhammadiyah”Apa yang dipesankan Kiai Dahlan kepada para aktivis awal Muhammadiyah adalah sebuah pesan yang sampai hari ini menjadi pengingat betapa Muhammadiyah adalah sebuah organisasi sosial keagamaan yang membuthkan keikhlasan untuk beraktivitas di dalamnya. Pesan inilah yang menjadikan etika dasar bagi para aktivis Muhammadiyah untuk tidak menggunakan asset-aset Muhammadiyah untuk kepentingan pribadi. Pesan ini juga yang menjadikan momok bagi para aktivis Muhammadiyah untuk total mengurusi amal-amal usaha Muhammadiyah. Ada kesan yang tertanam bagi para aktivis Muhammadiyah bahwa bekerja di amal-amal usaha Muhammadiyah adalah sesuatu hal yang tidak membanggakan, mungkin karena pesan dari Kiai Dahlan tentang “jangan hidup di Muhammadiyah” yang menjadikan banyak aktivis Muhammadiyah yang malu untuk terjun di amal-amal usaha Muhammadiyah secara total.Akibatnya banyak amal-amal usaha Muhammadiyah yang masih “bayi” dan belum berkembang benar ditangani secara serampangan, bahkan yang menangani bukan oleh para anggota Muhammadiyah sendiri. Akibatnya amal-amal usaha menjadi tidak memberi keuntungan financial bagi Muhammadiyah, malah bisa menjadi sebuah masalah bagi pengurus Muhammadiyah.Maka bagi penulis, pesan Kiai Dahlan tentang “Hidup hidupilah Muhammadiyah dan jangan mencari hidup di Muhammadiyah” memerlukan penafsiran yang baru tanpa mengurangi semangat dari pesan Kiai Dahlan itu sendiri. Konteks Pesan Kiai DahlanDalam asbabul nuzul-nya, pesan Kiai Dahlan ini ber-setting organisasi Muhammadiyah yang masih muda, di mana belum banyak asset-aset dan amal usaha yang dikelola. Mungkin baru beberapa puluh sekolah dan dua atau tiga panti asuhan. Artinya setting ketika pesan ini dikumandangkan oleh Kiai Dahlan adalah Muhammadiyah yang masih merangkak untuk berkembang. Sehingga perlu keikhlasan para anggota dan aktivis Muhammadiyah untuk mengurusinya.Juga anggota Muhammadiyah banyak yang bekerja di luar Muhammadiyah, karena banyak anggota Muhammadiyah pada waktu itu yang menjadi pedagang. Sehingga kemampuan ekonomi mereka sendiri yang menopang kehidupan mereka sehari-hari. Dengan kemampuan ekonomi yang berlebih inilah, maka amal usaha Muhammadiyah yang pada waktu itu tidak memberi keuntungan secara ekonomi seperti sekolah dan panti asuhan harus dibantu oleh para anggota Muhammadiyah.Maka konteks pesan dari Kiai Dahlan “hidup-hidupilah Muhammadiyah dan jangan mencari hidup di Muhammadiyah” adalah agar para anggota Muhammadiyah mencari hidup di luar Muhammadiyah, karena bekerja di amal usaha Muhammadiyah pada waktu itu tidak mungkin mendapat keuntungan finansial yang berarti. Bila mereka sudah sukses bekerja di luar Muhammadiyah, seperti menjadi dokter, pedagang dll, maka mereka diharapkan menghidupi Muhammadiyah dengan kemampuan financial dan tenaga yang di dapat dari usaha mereka bekerja.Maka relevansi dari pesan pada konteks zaman Kiai dahlan hidup inilah yang menjadikan keyakinan penulis. Bahwa pesan dasar Kiai Dahlan agar setiap anggota Muhammadiyah menghidupi Muhammadiyah yang masih muda ini dengan semangat keikhlasan dan jangan mencari hidup di Muhammadiyah. Karena hidup di Muhammadiyah tidak akan mendapat keuntungan finansial yang cukup bagi kehidupan sehari-hari.Pesan yang visioner dari “jangan mencari hidup di Muhammadiyah” kita diharapkan agar jangan menjadi “benalu” di amal-amal usaha Muhammadiyah yang dapat menyebabkan kematian atau kerusakan amal usaha Muhammadiyah itu sendiri. Maka hangan hidup di Muhammadiyah dengan pekerjaan yang merusak citra Muhammadiyah, semisal Muhammadiyah hanya dijadikan cap terhadap sebuah proyek yang nantinya keuntungannya untuk kepentingan pribadi itu dilarang oleh Kiai Dahlan.

Tafsir Baru Pesan Kiai Dahlan

Lalu ketika amal-amal usaha Muhammadiyah, khususnya sekolah dan kampus Muhammadiyah berkembang dengan sangat mencengangkan dan usaha pendirian sekolah dan kampus ternyata memberi keuntungan finansial dan dapat memberi penghidupan banyak karyawan, guru dan dosen apakah pesan ini masih relevan.

Penulis pernah mendapat pengalaman yang berarti tentang pesan “hidup hidupilah Muhammadiyah dan jangan mencari hidup di Muhammadiyah”. Ketika penulis berkunjung ke sebuah SMA Muhammadiyah di Kabupaten Bantul untuk kebutuhan penyaluran zakat, penulis mendapat tawaran mengajar dari kepala sekolah. Dia meminta penulis karena mata pelajaran ini sesuai dengan bidang kesarjanaan penulis.

Yang menarik, di akhir tawaran itu, kepala sekolah menjelaskan bahwa kalau mengajar di sini penulis harus “ikhlas” karena ini sesuai dengan semangat Muhammadiyah, artinya “ikhlas tidak dibayar”. Pada akhir tawaran itu ada aforisma Kiai Dahlan yang diucapkan kepala sekolah “Hidup-hidupilah Muhammadiyah dan jangan mencari hidup di Muhammdiyah”. Penulis sebenarnya maklum dengan keadaan finansial SMA tersebut sehingga klau mengajar tidak dibayar. Yang menarik adalah pesan Kiai Dahlan itu menjadi senjata pamungkas dari sebuah usaha “ikhlas” untuk mengurusi Muhammadiyah.

Kisah yang lain tentang “Hidup hidupilah Muhammadiyah dan jangan mencari hidup di Muhammadiyah” itu sering ditafsirkan secara “kejam” di kalangan Muhammadiyah. Seperti masalah gaji guru di sekolah-sekolah Muhammadiyah yang tidak memenuhi UMR. Agar mereka jangan hidup di Muhammadiyah, mereka mencari penghidupan di luar mengajar di sekolah Muhammadiyah. Sehingga pekerjaan mereka sebagai guru di Muhammadiyah tidak dilakukan secara total.

Masalah pekerjaan bagi para aktivis Muhammadiyah, khususnya yang ada di tubuh aktivis Pemuda Muhammadiyah dan Nasyiatul Aisyiyah, juga menjadi kasus yang dapat dijadikan dasar atas penafsiran baru atas pesan Kiai Dahlan di atas.

Kasus yang terjadi adanya aktivis Pemuda Muhammadiyah dan Nasyiatul Aisyiyah yang keluar dari ortom yang menaungi mereka karena masalah pekerjaan. Banyak dari mereka yang kecewa terhadap amal-amal usaha Muhammadiyah yang tidak memberi informasi kepada aktivis Muhammadiyah tentang sebuah lowongan pekerjaan.

Bagi mereka informasi terhadap ortom-ortom tentang lowongan pekerjaan di amal usaha Muhammadiyah bearti mereka yang aktif di Muhammadiyah mendapat kemudahan untuk bekerja di amal usaha Muhammadiyah. Kenyataan yang berkembang di dalam amal usaha Muhammadiyah adalah pesan Kiai Dahlan tentang aktivis Muhammadiyah yang “jangan mencari hidup di Muhammadiyah” sehingga aktivis-aktivis yang membutuhkan pekerjaan tidak mendapat kesempatan untuk bekerja di amal usaha Muhammadiyah.

Semangat dari Pesan Kiai Dahlan

Semangat dari pesan Kiai Dahlan pada masa sekarang adalah agar menjaga Muhammadiyah dan amal-amal usahanya tetap dijaga oleh kader-kader Muhammadiyah dengan mengedepankan semangat profesionalitas. Pesan “Hidup hidupilah Muhammadiyah dan jangan mencari hidup di Muhammdiyah,” bukan suatu justifikasi tentang keikhlasan dalam mengurusi Muhammadiyah yang berakhir pada minimnya gaji para pengelola amal usaha Muhammadiyah.

Mengedepankan semangat dasar dari pesan Kiai Dahlan terhadap pesan ini adalah sebuah usaha menafsirkan kembali pesan ini sebaik-baiknya. Jangan sampai pesan ini malah menjadi bumerang bagi Muhammadiyah sendiri yang pada hari-hari ini sedang membenahi organisasinya.

Penulis adalah Ketua Pimpinan Cabang Pemuda Muhammadiyah Umbulharji Kota Yogyakarta.

Tidak ada komentar: