Selasa, 22 Mei 2007

TANWIR MUHAMMADIYAH TAHUN 2007
Print E-mail
Senin, 02 April 2007

Oleh : A. ROSYAD SHOLEH

Sesuai ketentuan dalam Anggaran Dasar dan Angaran Rumah Tangga Muhammadiyah, pada tanggal 25 s/d 29 April 2007 Pimpinan Pusat Muhammadiyah akan menyelenggarakan Tanwir Muhammadiyah tahun 2007, bertempat di kota Yogyakarta. Tanwir Tahun 2007 ini merupakan Tanwir pertama setelah Muktamar ke-45 Muhammadiyah yang diselenggarakan pada tanggal 3 s/d 8 Juli 2005 di kota Malang. Karenanya dapat dipahami kalau Tanwir Tahun 2007 ini mempunyai arti yang sangat penting dan strategis bagi perjalanan Persyarikatan ke depan. Melalui Tanwir ini diharapkan dapat dilakukan evaluasi terhadap pelaksanaan keputusan Mukatamar ke-45 dan atas hasil evaluasi itu dapat ditetapkan langkah-langkah selanjutnya yang dapat lebih mendekatkan Persyarikatan pada pencapaian sasaran-sasaran yang diamanatkan Muktamar.

Sesuai kondisi internal dan situasi eksternal, baik nasional maupun global yang dihadapi Persyarikatan, Tanwir kali ini mengangkat tema : "Pencerahan Gerakan untuk Kemajuan Bangsa". Dengan tema seperti itu, fokus pembahasan dalam Tanwir tahun 2007 ini diarahkan pada upaya pencerahan, revitalisasi, konsolidasi terhadap tubuh Persyarikatan, sesuai problematika yang dihadapi Persyarikatan selama hampir dua tahun mengoperasionalkan keputusan Muktamar ke-45. Disamping itu, dalam Tanwir sekarang ini juga akan dibahas upaya peningkatan peran kebangsaan, keumatan dan kemanusiaan, yang harus dilakukan oleh Persyarikatan, sesuai komitmen yang telah dicanangkan dalam'Ternyatan Pikiran Muhammaiyah Jelang Satu Abad" serta ditegaskan pula dalam Khittah Denpasar 2002.

Diantara permasalahan internal yang kini dihadapi Pesyarikatan adalah permasalahan ideologis yang cukup serius, disamping permasalahan managerial. Ideologi gerakan yang selama ini menjadi landasan dan arah gerakan, akhir-akhir ini mengalami proses pelemahan bahkan pengeroposan, yang kalau tidak ada upaya peneguhan kembali, maka dikhawatirkan Muhammadiyah akan kehilangan ruh gerakannya. Disamping itu kondisi organisasi, baik dalam pengertian statis maupun dinamis juga belum berfungsi secara optimal. Terdapat Cabang dan Ranting yang mengalami stagnasi, selain juga belum optimalnya penyelenggaraan fungsi-fungsi Persyarikatan, seperti tarjih, tabligh, pendidikan, kesehatan, sosial, ekonomi dan sebagainya sesuai tantangan yang dihadapi.

Pelemahan ideologi gerakan itu ditunjukkan misalnya dengan masuk dan meresapnya paham, misi, prinsip pejuangan dan kepentingan pihak atau gerkan lain ke dalam tubuh Persyarikatan dan Amal Usahanya, yang baik secara langsung maupun tidak langsung, baik secara terbuka maupun secara terselubung dapat merugikan dan merusak

Persyarikatan. Infiltrasi paham, misi dan sebagainya ke dalam tubuh Persyarikatan itu antara lain melalui oknum-oknum dalam Persyarikatan sendiri, yang ternyata lebih loyal kepada gerakan lain. Oknum-oknum semacam itu memang berasal dari kalangan aktivis Persyarikatan, Amal Usaha dan Ortom, yang karena lemahnya pemahaman dan komitmennya terhadap ideologi dan identitas Persyarikatan, mereka mudah dipengaruhi dan disusupi ideologi lain, yang akhirnya secara sadar mereka mengembangkan ideologi gerakan lain itu di kalangan Persyarikatan , Amal Usaha dan atau Ortom. Disamping penyusupan paham ke dalam tubuh Persyarikatan, pelemahan ideologi dan identitas Persyarikatan juga ditunjukkan dengan adanya sementara aktivis Persyarikatan, Amal Usaha atau Ortom, yang secara terang-terangan menseponsori, mendirikan dan mengembangkan amal usaha lain yang sejenis dengan amal usaha Muhammadiyah, sehingga amal usaha tersebut mengganggu dan mengancam eksistensi amal usaha Muhammadiyah. Orang-orang semacam ini, meskipun mereka berada dalam Persyarikatan, tapi pada hakekatnya hanya tubuh kasarnya saja yang berada di dalam Persyarikatan, sedang hatinya berada di luar. Mereka lebih mementingkan pihak lain daripada Persyarikatan. Apabila mererka diminta memilih di antara kedua kepentingan, apakah kepentingan Persyarikatan ataukah kepentingan pihak lain, mereka akan memilih dan memenangkan kepentingan pihak lain. Pelemahan ideologi dan identitas Persyarikatan juga ditandai dengan adanya praktek-praktek yang menjadikan Persyarikatan sebagai kendaraan atau batu loncatan untuk meraih posisi tertentu, baik yang bersifat politis, ekonomis atau sosial. Orang masuk dan berkiprah dalam Persyarikatan bukan atas dasar kesadaran dan keyakinan akan kebenaran ideologi Muhammadiyah, melainkan karena tertarik pada kebesaran Muhammadiyah, terutama dari aspek lahiriyahnya . Bagi mereka, potensi Muhammadiyah yang demikian besar, tentu bisa dimanfaatkan untuk kepentingan-kepentingan tertentu yang bersifat jangka pendek. Sepanjang Muhammadiyah masih bisa dimanfaatkan, mereka memperlihatkan kiprahnya. Namun ketika mereka merasa Muhammadiyah tidak lagi bisa dimanfaatkan, maka mereka mulai mengendorkan aktivitasnya, bahkan akhirnya menghilang dari peredaran.

Menghadapi realitas semacam itu, maka upaya peneguhan dan penguatan kembali ideologi dan identitas Persyarikatan, merupakan sebuah keniscayaan dan keharusan. Dalam rngka inilah Tanwir 2007 diharapkan bisa memberikan terapinya yang tepat, sehingga penyakit yang tengah menjangkiti tubuh Persyarikatan itu bisa segera dienyahkan dari kehidupan Persyarikatan.

Sementara itu kondisi bangsa Indonesia, meskipun era reformasi telah berlangsung lebih dari satu windu lamanya, namun perkembangannya belum menggembirakan dan belum memperlihatkan perubahan yang signifikan. Krisis ekonomi yang telah sekian lama melanda bangsa ini, sampai hari ini belum kunjung teratasi. Demikian pula berbagai macam penyakit dan permaslahan sosial yang membelit kehidupan bangsa ini juga belum berhasil dilepaskan, bahkan nampaknya belitan itu semakin menguat. Angka kemiskinan, pengangguran, kebodohan, keterbelakangan dan kriminalitas nampaknya tidak semakin mengecil melainkan semakin membengkak. Dalam situasi bangsa seperti ini, berbagai musibah dan bencana seperti tsunami, gempa bumi, banjir bandang, tanah longsor, semburan lumpur panas, angin puting beliung susul menyusul melanda sebagian warga

masyarakat yang tinggal di beberapa daerah, sehingga mengakibatkan jatuhnya kurban jiwa dan harta benda yang tidak sedikit serta rusaknya berbagai sarana dan fasilitas umum.

Dalam menghadapi berbagai masalah bangsa yang sangat kopleks itu,sebagaimana ditegaskan dalam Pernyataan Pikiran Muhammadiyah Jelang Satu Abad, Muhammadiyah sebagai salah satu kekuatan nasional harus terus memainkan pernan sosial-keagamaannya sebagaimana selama ini dilakukan dalam perjalanan sejarahnya. Usia Jelang satu abad telah menempa kematangan Muhammadiyah untuk tidak kenal lelah dalam berkiprah menjalankan misi dakwah dan tajdid untuk kemajuan umat, bangsa dan dunia kemanusiaan. Jika selama ini Muhammaiyah telah menorehkan kepeloporan dalam pemurnian dan pembaruan pemikiran Islam, pengembangan pendidikan Islam, pelayanan kesehatan dan kesejahteraan, serta dalam pembinaan kecerdasan dan kemajuan masyarakat, maka kedepan, selain terus melakukan revitalisasi gerakannya, Muhammadiyah juga harus menjalankan peran-peran baru yang dipandang lebih baik dan lebih bermaslahat bagi kemajuan peradaban. Peran-pean baru yang dapat dikembangkan Muhammadiyah antara lain dalam menjalankan peran politik kebangsaan guna mewujudkan reformasi nasional dan mengawal perjalanan bangsa tanpa terjebak pada politik prkatis yang bersifat jangka pendek dan sarat konflik kepentingan. Dengan bingkai Khittah Ujung Pandang 1971 dan Khittah Denpasar 2002, Muhammadiyah secara proaktif harus menjalankan peran dalam pemberantasan korupsi, penegakan supremasi hukum, pemasyarakatan etika berpolitik, pengembangan sumberdaya manusia, penyelamatan lingkungan hidup dan sumberdaya alam, memperkokoh integrasi nasional, membangun karakter dan moral bangsa, serta peran-peran kebangsaan lainnya yang bersifat pencerahan. Dalam rangka ini semua, Tanwir tahun 2007 ini diharapkan dapat merumuskan langkah-langkah konkrit, yang mudah dicerna dan dilaksanakan oleh semua warga Persyarikatan di seluruh jajaran dan lini organis

Tidak ada komentar: